Ciplukan, atau Physalis angulata, mungkin bukan buah yang sering kita temui di pasaran, tetapi jangan salah---si kecil ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Di Indonesia, buah ciplukan dikenal sejak lama dan sering dianggap sebagai tanaman liar yang kurang bernilai. Namun, seiring perkembangan ilmu pengetahuan, ciplukan mulai mendapat perhatian sebagai buah yang kaya nutrisi dan berpotensi besar untuk kesehatan tubuh.
Ciplukan memiliki bentuk yang unik, terbungkus dalam lapisan kulit tipis yang melindungi buah kecil berwarna kuning keemasan saat matang. Dari segi rasa, buah ini menawarkan kombinasi asam dan manis yang segar. Mungkin inilah mengapa orang-orang tua di pedesaan dahulu sering mengonsumsinya sebagai camilan sehat alami.
Secara medis, ciplukan ternyata menyimpan banyak manfaat. Penelitian menunjukkan bahwa buah ini kaya akan vitamin C, antioksidan, serta senyawa flavonoid yang berperan penting dalam melawan radikal bebas. Bahkan, beberapa ahli herbal memanfaatkan ciplukan sebagai obat tradisional untuk membantu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan hati, dan menstabilkan kadar gula darah. Tak heran, di beberapa negara Eropa dan Amerika, ciplukan mulai dipasarkan sebagai superfood.
Namun, faktanya terjadi di negeri kita sendiri. Potensi ciplukan yang besar ini justru kurang dihargai dan sering kali hanya dianggap sebagai tanaman liar yang tumbuh di pekarangan. Bahkan, banyak yang tidak mengetahui bahwa buah ini memiliki nilai jual tinggi di luar negeri. Di sinilah pentingnya peningkatan literasi tentang manfaat tanaman lokal yang melimpah di sekitar kita.
Harapannya, ciplukan dapat lebih dikenal dan dikembangkan sebagai komoditas bernilai tinggi. Jika masyarakat mulai memahami dan menghargai manfaat ciplukan, bukan tidak mungkin buah kecil ini akan menjadi produk unggulan Indonesia di pasar internasional. Mengangkat ciplukan berarti pula mengangkat potensi lokal dan mendukung ketahanan pangan berbasis kekayaan hayati yang kita miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H