Mohon tunggu...
Fauqi Ulumil Isthofaiyah
Fauqi Ulumil Isthofaiyah Mohon Tunggu... -

I am a moslem's women

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sadarlah Atas Kesadaranmu sendiri!

27 Oktober 2014   13:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:35 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kesadaran, yang pada suatu masa pernah menjadi topik sentral dalam psikologi dan kemudian disingkirkan karena dianggap tidak ilmiah, sekarang telah mengalami masa kebangkitan yang jaya. Kesadaran adalah sebuah topik yang tidak akan lenyap, dan kita memiliki alasan-alasan bagus untuk mendukung gagasan tersebut. Kesadaran adalah misteri terakhir dalam ilmu pengetahuan yang mencakup psikologi, filsafat, dan neurosains. Definisi dari kesadaran sendiri adalah kesiagaan seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungannya (seperti pemandangan dan suara-suara dari lingkungannya sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan, dan sensasi-sensasi fisik. Seperti yang pernah dikatakan Daniel Dennett, “Ketika kita memahami kesadaran, kesadaran akan menjadi berbeda”. Aktivitas-aktivitas otak dapat diamati oleh orang lain, namun “pikiran hanya dapat diamati oleh pemiliknya sendiri” (Damasio, 1999, hal. 4).

Dalam kutipan termasyhur dari William James, “psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental” (psychology is the science of mental life), kehidupan mental berarti kehidupan mental yang sadar (James, 1890/1983, hal. 15). Lama sebelum ungkapan James yang bernada formal tersebut, para filsuf dan orang awam telah merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang pikiran dan tentang hakikat diri manusia. Pada awal abad ke-20, kesadaran, sebagai suatu topik, hampir-hampir disingkirkan sama sekali dari ranah psikologi oleh para pengikut ideologi psikologi yang dominan pada masa itu, yakni BEHAVIORISME, yang dipimpin oleh John Watson dan B.F. Skinner. Dalam perang tersebut, para psikolog kognitif berjuang mengembalikan kesadaran sebagai suatu topik yang penting, sedangkan kaum behavioris bertarung mempertahankan suatu bentuk ilmu psikologi yang sepenuhnya objektif. Kesadaran tetap bertahan dan kekuatan “antikesadaran” ditakdirkan kalah dalam perang tersebut, namun bukan karena psikologi objektif tidak dapat dipertahankan, melainkan karena metode-metode dan doktrin-doketrin behaviorisme yang sedemikian angkuhnya sehingga topik-topik yang autentik sekalipun dianggap tabu.

Studi terhadap kesadaran telah berkembang melampaui debat-cebat filosofis dan fokus ilmiah yang berpusat hanya pada ragam kondisi kesadaran. Karakteristik-karakteristik utama kerangka kerja umum bagi kesadaran meliputi Attention, Wakefulness, Architecture, Recall of knowledge, dan Emotive. Keenam karakteristik tersebut dapat di singkat menjadi AWEREness. Baars dan McGovern (1996) mengajukan sejumlah fungsi kesadaran:

·Fungsi pertama adalah konteks-setting, yaitu di mana sistem bekerja untuk mendefinisikan konteks dan pengetahuan mengenai sebuah stimuli yang datang ke dalam memori.

·Fungsi kedua adalah adaptasi dan pembelajaran, yaitu mendalilkan bahwa ketertiban sadar diperlukan untuk menangani informasi baru dengan sukses.

·Fungsi ketiga adalah prioritisasi, di mana kesadaran diperlukan untuk mengakses besarnya jumlah informasi yang tersedia di tingkat ketidaksadaran.

·Fungsi keempat adalah rekrutmen dan kontrol, di mana kesadaran memasuki sistem-sistem motorik untuk menjalankan tindakan-tindakan sadar.

·Fungsi kelima adalah pengambilan keputusan, yang berperan membawa informasi dan sumber daya keluar dari ketidaksadaran untuk membantu pengambilan keputusan dan penerapan kendali.

·Fungsi keenam adalah deteksi dan penyuntingan kekeliruan, fungsi ini berfokus pada kesadaran yang memasuki sistem norma kita sehingga kita dapat mengetahui saat kita membuat suatu kekeliruan.

·Fungsi ketujuh adalah monitor-diri, dalam bentuk refleksi diri, percakapan internal, dan imagery, membantu kita mengendalikan fungsi-fungsi sadar dan fungsi-fungsi tidak-sadar dalam diri kita.

·Fungsi kedelapan adalah pengorganisasian dan fleksibilitas, fungsi ini memungkinkan kita mengandalkan fungsi-fungsi otomatis dalam situasi-situasi yang telah dapat diprekdisikan, namun sekaligus memungkinkan kita memasuki sumber-sumber daya pengetahuan yang terspesialisasi dalam situasi-situasi tidak terduga.

Sebagian besar diskusi ilmiah dan filosofis tentang kesadaran berpusat pada isu-isu mengenai pengalaman subjektif dan kolerasi neural dari kesadaran. Sebuah area lain yang menarik minat penelitian ilmiah adalah tingkat-tingkat kesadaran, atau kondisi-kondisi kesiagaan yang bervariasi atau kesadaran yang memiliki sejumlah tingkatan. Isu tersebut melibatkan aspek-aspek A dan W dari model AWAREness. Secara singkat kita akan membahas tidur, bermimpi, penggunaan obat-obatan, dan meditasi.

Tidur adalah kondisi ketika kita rileks, tetap terjaga namun dengan menutup mata. Tidur menimbulkan sebuah masalah, yakni ketidaksinambungan antara kesadaran saat kita terjaga dengan kewaspadaan akan apa yang terjadi selama kita tidur. Sedangkan bermimpi terjadi saat fase tidur REM.  Menganai penggunaan obat, alasan mengapa obat-obatan “manjur” adalah karena kita memilki reseptor-reseptor di otak yang peka terhadap obat-obatan tersebut. Obat-obatan mempengaruhi kewaspadaan kita akan aspek-aspek fisiologis dan psikologis sadar kita. Dan penggunaan ekstasi yang berulang-ulang merusak sel-sel yang menghasilkan serotonim, sehingga mengganggu mood, selera makan, kemampuan belajar, dan daya ingat. Sementara halusinasi sendiri adalah pengalaman visual yang terasa sangat nyata. Meditasi adalah suatu kondisi konsentrasi di mana pikiran dikosongkan. Tidak setiap orang mengalami dampak positif akibat meditasi (Lukoff, Lu, & Turner, 1998); beberapa orang melaporkan terjadinya perasaan disosiatif dan problem-problem psikologis lainnya. Beberapa model kesadaran kontemporer yang paling berpengaruh adalah model DICE dari Schanter dan model teori medam kerja global dari Baars.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun