Mohon tunggu...
Ahmad fauzi
Ahmad fauzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - طالب العلم

Berusaha menjadi manusia yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penggunaan Pilihan Kata (Diksi)

10 Juni 2021   14:08 Diperbarui: 10 Juni 2021   14:23 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

 Ketepatan diksi

Bagi seorang penulis pemula mengalami kesulitan dalam pemilihan diksi yang tepat adalah sesuatu yang lumprah. Agar pemilihan kata benar-benar tepat, seseorang pengguna bahasa diharapkan dapat memahami syarat-syarat dalam pemilihan kata. Diantaranya adalah ketepatan diksi dan kesesuaian diksi.

Syarat ketepatan diksi adalah sebagai berikut:

  1. Dapat membedakan secara tepat antara kata bermakna konotasi(kata memiliki makna lain) dan denotasi (makna sebenarnya).
  2. Dapat membedakan secara cermat terhadap kata yang hampir sama maknanya,
  3. Dapat membedakan kata-kata yang mirip atau hampir mirip ejaannya,
  4. mewaspadai akhiran asing yang kurang tepat
  5. memahami kata yang tergolong kata umum dan kata khusus,
  6. memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.

Adapun juga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata, yaitu persyaratan kesesuaian diksi, diantaranya:

  1. hindari penggunaan kata yang tidak baku pada situasi normal,
  2. penggunaan kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja, dalam situasi umum hendaknya menggunakan kata-kata popular,
  3. hindari penggunaan kata percakapan dalam penulisan, kecuali saat menulis kutipan,
  4. hindari kata-kata yang mubazir,
  5. hindari penggunaan ungkapan yang sudah usang,
  6. hindari penggunaan bahasa daerah dalam tulisan untuk pembaca umum, kecuali istilah yang sudah diserep ke dalam Bahasa Indonesia.

Kesalahan diksi

Kesalahan diksi meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian kata.

 Contoh:

1. Pemakaian kata dari atau daripada sering digunakan tidak tepat, seperti dalam contoh berikut: Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas bidang usaha. kata daripada  dalam kalimat tersebut tidak tepat, karena kata daripada biasanya digunakan untuk membandingkan antara dua buah objek. Jadi, kata yang tepat dalam pemakaian kalimat tersebut adalah kata dari yang menyatakan asal.

2. Pemakaian kata berpasangan, yaitu ada sejumlah kata yang pemakaiannya berpasangan disebut konjungsi korelatifa. Contoh:Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu
kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi.
(salah)
Baik pedang maupun konsumen masih menunggu
kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi.
(benar)

3. Pemakaian dua kata yang bermakna dan berfungsi sama. seperti: ialah
adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti contoh misalnya, atau daftar nama-nama.

 Contoh :
Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia
adalah merupakan kewajiban kita. (salah)
Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia
adalah kewajiban kita. (benar)

Tidak melakukan pemborosan kata-kata. Oleh sebab itu ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh penulis, yaitu:

  1. Menghindari kata-kata yang tidak menambah kejelasan makna kata,
  2. Menghindari penggunaan beberapa kata yang bermakna sama.
  3.  Menghindari penggunaan istilah baru karena dapat menimbulkan kebingungan bagi pembaca atau pendengar

Dalam proses perkembangan Bahasa, kata dapat mengalami perubahan karena terjadinya perbedaan tempat pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk memberi makna baru. Hal tersebut akanmemengaruhi pilihan kata baik dalam penulisan maupun penuturan. Di antara perubahan makna yang penting adalah
sebagai berikut:

  1. Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Misalnya, kata putraputri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
  2. Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang. Misalnya, kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendekiawan, sekarang hanya khusus untuk gelar akademik.
  3. Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Misalnya, kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
  4. Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama (kebalikan dari amelioratif). Misalnya, kata oknum dan gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau sekarang maknanya menjadi tidak baik.
  5. Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera yang berlainan. Misalnya, kata kata-katanya manis. Manis sebenarnya tanggapan indera perasa, tetapi dipakai untuk indera pendengar.
  6. Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Misalnya, kata amplop yang berarti kertas pembungkus surat, juga sering digunakan sebagai pembungkus uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Contoh, Beri dia amplop agar urusan cepat beres.

(*)(Nurjaman, Firman, and Mirnawati 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun