Mohon tunggu...
fauny hidayat
fauny hidayat Mohon Tunggu... wiraswasta -

swasta, independen, tak punya afiliasi ke partai politik manapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bodoh: Bom Bunuh Diri & Keanehannya

6 Juli 2016   02:22 Diperbarui: 6 Juli 2016   02:49 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bom bunuh diri dianggap tindakan bodoh karena:

1. Membunuh diri sendiri, pasti. Gak sayang sama nyawa dan termakan janji jihad. Dikira kalau sudah mati, terus langsung masuk ke sorga. Padahal tak ada orang yang sudah mati bunuh diri, balik ke dunia, dan kasih tahu: emang sudah pasti masuk sorga. Aneh.

2. Dianggap orang frustasi, karena gak mampu berjuang, mending mati sekalian bawa orang lain. Kebodohan maksimal. Mestinya, namanya juga bunuh diri ya bunuh diri sendiri aja, ngapain juga ngajak-ngajak (maksa) orang lain untuk ikut dibunuhdirinya. Sudah bodohnya maksimal, biadabnya juga gak ketolongan. Aneh.

3. Miskin pengetahuan, termasuk pengetahuan agama. Mana ada ajaran agama yang membolehkan bunuh diri? Mana ada ajaran kehidupan ini yang mengijinkan bunuh diri? Keliatan banget si pembom-bunuh-diri ini gak pernah belajar dengan baik dan benar. Padahal negara sudah mewajibkan belajar minimal 9 atau 12 tahun kan? Untuk tahu agama juga banyak kyai dan alim ulama yang bener. Aneh.

4. Kurangkerjaan dan miskin kreatifitas. Jalan yang dipilih kok malah bunuh diri. Jihad-nya enggak kreatif banget. Tanda-tanda miskin kreatifitas, otaknya cuma kepake sepersepuluh. Kayaknya di dunia ini masih banyak yang bisa dikerjakan dengan hidup; eh dia malah pilih mati! Kan jadi enggak kerja dan gak bisa kerja apa-apa! Aneh.

5. Sudah merugikan diri sendiri, bikin susah orang lain pula seantero wilayah dunia. Mestinya kan kalau rugi ya rugi sendiri aja, apa pula alasannya maksa orang lain ikut rugi? Juga bikin susah. Jelas, si pelaku adalah penganut komunis sejati: susah maunya rame-rame, rugi rame-rame dan matipun rame-rame pula. Aneh.

Tapi, dengan segala kebodohan dan keanehan manusia macam itu (faktanya ada dan hidup pula!), ngapain pula dia bertahan hidup ya? Atau dipertahankan hidup? Kan emang bener mending dia pilih mati saja. Dan tetep kebodohan itu menyisakan kebiadaban karena matinya pun membuat orang yang masih ingin hidup dibuat terbunuh pula. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun