Jaringan Pemilih Banten (JPB) Kamis hari ini, 20 Januari 2010, rencananya menggelar diskusi publik tentang “Pilkada Hemat: Mencoba Pengalaman Demokrasiyang Baru di Banten”. Pembicara antara lain rektor UIN Ciputat yang juga bekas Ketua Panwaslu Prof DR Komaruddin Hidayat, akademisi Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) DR Lili Romli, pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, MA. “Diskusi ini sekaligus semacam deklrasi JPB Tangerang Raya, untuk Pilkada Banten yang bersih dan jujur,” ujar salah satu Presidium JPB Banten, DR Ali Munhanief di Tangerang, kemarin.
Menurut Ali, aktifitas JPB bermula dan harus dimulai dari kampus, oleh kalangan akademisi yang konsen dengan masyarakat dimana kalangan civitas akademika itu tinggal. Oleh sebab itu, gerakan pemilih ini harus dimulai dengan semangat akademis, juga mandiri dan independen. “Ini memang bukan hal yang mudah, karena itu kita menyebutnya sebagai sebuah eksperimen baru untuk demokrasi,” tandasnya.
Eksperemen itu intinya adalah mengajak secara sukarela seluruh masyarakat pemilih untuk menjaga Pilkada tetap bersih, jujur; dan sekaligus menggerakan diri sendiri secara mandiri, partisipatif, untuk mencari calon pemimpin yang bersih dan kompeten. Tiang kegiatan ini adalah mandiri dan independen. “Mandiri termasuk harus iuran untuk mengongkosi diri sendiri, agar semua proses dan kegiatan ini bisa berjalan dengan baik,” tambah doktor politik Mc Gill University, Kanada itu.
Karena semangat akademis itu pulalah, di setiap diskusi JPB, selalu dipaparkan temuan survei yang relevan tentang Banten. Survei sebagai alat bantu untuk memahami opini dan persepsi yang berkembang di masyarakat saat ini. “Termasuk di diskusi kita di Unis nanti, kita akan paparkan juga temuan survei yang telah kita lakukan,” tambah Ali.
Diskusi dan deklarasi JPB ini adalah yang keempat, setelah sebelumnya juga digelar diskusi di Pandeglang, di Untirta Serang dan Lebak. "Kita ingin partisipasi yang mandiri dari masyarakat. Partisipasi bukan saja aktif menggunakan hak suara, tapi juga sukarela mengajak orang-orang terdekat untuk bersama-sama terlibat mengawasi pilkada," ujarnya.
Menurut Ali, gerakan JPB didasarkan sepenuhnya pada partisipasi, kemandirian, dan terbuka. Siapa saja, silakan gabung. Selebriti oke, akademis oke, jurnalis oke, pedagang di pasar oke, tukang sayur hayu mangga. "Sebab sukses jpb bertumpu pada partisipasi semua pihak, bukan pada satu atau dua orang saja," tuturnya.
Karena itulah maka JPB, sebagai bentuk partisipasi aktif itu tadi, menggulirkan iuran terbuka untuk mereka yang sukarela menyumbang. Berapa besarnya tidak ditentukan. Siapa saja juga bisa menyumbang untuk kegiatan-kegiatan JPB. Dari dosen sampai tukang ojek. Dari pengusaha sampai pedagang sayur keliling. Sebab yang dilihat bukan nilai iurannya, tapi partisipasi masyarakat secara luas untuk mendanai kegiatan sendiri. "Ini benar-benar gerakan dari pemilih, untuk pemilih sendiri, tujuannya mencari pemimpin yang juga bersih dan kompeten," tegasnya.
Menurut Sekjen JPB, Ade Syukron MA, gerakan ini model baru untuk pengembangan demokrasi di Indonesia. Kecil skalanya memang, tapi lebih kongkrit. Karena selama ini yang banyak terjadi, pemilih dimobilisir atau digerakkan kandidat untuk memilih kandidat bersangkutan.
Efeknya, pilkada jadi mahal dan eksklusif, hanya yang punya dana besar yang bisa ikut. Padahal, pemilih bisa menggerakkan dirinya sendiri untuk menentukan pilihannya secara independen dan murni, bahkan dengan mengeluarkan isi kocek sendiri tanpa melibatkan kandidat. "Ini bisa menjadi role model untuk bukan saja pilkada atau pemilu yang bersih dan sehat, tapi juga pilkada yang hemat, tidak curang, dan menghasilkan kepala daerah yang kompeten sesuai dengan pilihan masyarakatnya," tuturnya.
Organisasi JPB sendiri unik, karena dipimpin secara kolektif oleh presidium terdiri dari: DR Ali Munhanief (tangerang raya), DR Gandung(Serang raya+cilegon) dan Suhada (Banten Selatan/Pandeglang lebak). Disetiap kegiatannya dibuka kotak donasi, dan list iuran yang akan dipublikasi melalui media massa. Selain itu, kegiatan dilakukan "saweran", ada yang minjamkan tempat, nyewain kursi, menyiapkan makanan secara gratis atau menyampaikan materi ceramahnya tanpa dibayar.
Prof DR Komaruddin Hidayat adalah salah seorang penggagas gerakan ini. Dengan antusias dia menyatakan kesiapannya bersama-sama JPB untuk mengajak seluruh komponen masyarakat banten berpartisipasi membangun gerakan ini. "Ini bentuk keperdulian kampus, untuk consern dan ikut serta mengabdi ke masyarakat banten, sebagaimana tridharma perguruan tinggi,” ujarnya.(*) Kontak person lebih lanjut: DR ali munhanief/presidium jpb: 081283991388
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI