Mohon tunggu...
Ulfatul Khabibah
Ulfatul Khabibah Mohon Tunggu... Pelajar -

Hi, I'm Fa. Makhluk non-verbal Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Teruntuk Beliau, Rasi Bintang yang Paling Terang

1 Desember 2018   08:27 Diperbarui: 1 Desember 2018   09:32 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku hanya mau bilang, kalau semua yang Beliau lakukan kepada kita tidak minta untuk dibalas. Perihal hidup di alam semesta ini, hanya untuk satu tujuan. Yaitu menjadi makhluk yang bermanfaat bagi makhluk lain"

Dari setiap gugusan rasi bintang, mana yang paling terang? Akan aku persembahkan cahaya yang paling terang menerangi indahnya malam hari untuk Beliau. Aku tidak bisa memberi apa yang lebih dari Beliau beri kepadaku, aku hanya makhluk non-verbal yang mempunyai tekad yang besar. Namun, tekad ku iki tidak sepadan dengan Beliau yang bertekad mensukseskan anak-anaknya. 

Walau Beliau tahu, keluarga kami belum ada yang mengemban pendidikan yang tinggi. Beliau selalu mengajarkan kepadaku bahwa sebuah hasil tidak pernah mengkhianati hasil. Begitu banyak rintah bertubi-tubi Beliau dapatkan, dari cacian, ocehan, gunjingan makhluk berpikir tentang buat apa sekolah tinggi-tinggi toh nantinya jadi ibu rumah tangga. Rintangan finansial juga Beliau lewati demi satu kata, yaitu "Anak".

Begitu besar harapan dan semangatnya, walau usia sudah tak lagi muda, meski wajahnya sudah ada kerutan, biarpun rambutnya tak lagi hitam, aku selalu menyanyangi Beliau dalam diam. Entah Beliau terbuat dari apa, sehingga begitu tegar dan semangat menjalani hidup ini. 

Pelajaran yang selalu Beliau ajarkan kepada anak-anaknya perihal kehidupan, menjadi manusia yang mandiri adalah kunci utamanya. Tidak patah semangat dan jangan pernah mengandalkan orang lain, biarpun jalan kehidupan yang kita lalui sangat berliku.

Beliau tidak patah semangatnya bekerja demi anak-anaknya. Berkilo-kilo meter Beliau tempuh dari pagi sampai malam dan kembali lagi pagi harinya. Aku ingin nantinya bisa menggantikan semangat juang yang dilakukan Beliau kepadaku, berbalik kepadanya. Aku ingin masa tua Beliau dihabiskan dengan bersantai di teras rumah sambil membaca Koran ditemani dengan secangkir kopi hitam.

Entah kapan terakhir Beliau bersantai? Aku pun tidak ingat, entah kata-kata apa yang harus aku utarakan untuk merepresentasikan Beliau. Aku rasa semua susunan bait-bait kata belum bisa mengimbangi apa yang telah Beliau lakukan kepada kita.

Disuatu perjalanan, aku sebenarnya tahu. Beliau sudah tidak sekuat dahulu. Aku hanya bisa memandang ketika tangan Beliau gemetaran, namun beliau tahan untuk tidak terlihat lemah dihadapan anaknya. Aku tanya Beliau "Bapak kenapa?" dan jawaban Beliau hanya "Tidak apa-apa" seperti itulah Beliau, tidak mau melihat anak-anaknya khawatir, kemudian Beliau alihkan pembicaraan dengan cerita yang lain.

Aku hanya mau bilang kepada Beliau 

"Semoga seluruh alam semesta ini mendo'akan Bapak agar sehat selalu dan dalam lindungan sang Illahi. Aku bukanlah anak istimewa yang manis, bisanya hanya menyusahkan Bapak, namun aku punya satu keistimewaan yang jarang sekali anak-anak lain punyai, yaitu aku selalu berusaha untuk merealisasikan mimpi-mimpi Bapak. 

Jangan khawatirkan aku lagi Bapak, kini biarlah aku yang berganti mengkhawatirkan Bapak di sisa-sisa masa tua yang sedang Bapak lalui. Anak perempuanmu ini sudah mulai besar, pikirannya juga sudah mulai matang, jangan lagi kau khawatirkan. Perihal adik, biar aku yang menjaganya. Aku tahu apa yang nantinya aku lakukan dan berikan, tidak akan sepadan sedang apa yang Bapak berikan namun aku akan berusaha sekuat tenaga. Doakan saja anak perempuanmu ini jadi pendekar kehidupan, yang bisa berguna untuk sesama".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun