Mohon tunggu...
Adrian
Adrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bola Futsal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori psikososial erik erikson

18 Januari 2025   12:12 Diperbarui: 18 Januari 2025   12:12 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

**Teori Psikososial Erik Erikson: Memahami Perkembangan Manusia dalam Delapan Tahap**

Erik Erikson adalah seorang psikolog dan psikoanalis yang terkenal dengan teori psikososialnya tentang perkembangan manusia. Teori ini merupakan salah satu pendekatan penting dalam psikologi perkembangan, yang menekankan bahwa perkembangan manusia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi juga oleh interaksi sosial dan lingkungan sepanjang hidup. Erikson mengidentifikasi delapan tahap perkembangan yang mencakup seluruh rentang kehidupan, mulai dari masa bayi hingga usia tua.

### **Latar Belakang Teori Erikson**

Erikson mengembangkan teorinya dengan dasar dari ide Sigmund Freud, tetapi dia memodifikasi pendekatan Freud yang berfokus pada konflik seksual untuk menyoroti konflik psikososial. Menurut Erikson, setiap tahap perkembangan melibatkan krisis atau tantangan utama yang harus diatasi individu untuk berkembang secara sehat. Keberhasilan dalam mengatasi krisis ini akan membawa individu ke tahap berikutnya dengan lebih banyak kekuatan psikososial, sementara kegagalan dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan.

### **Delapan Tahap Perkembangan Psikososial**

1. **Tahap 1: Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-18 bulan)**
   - **Krisis:** Apakah dunia ini tempat yang aman?
   - **Pengaruh Utama:** Hubungan bayi dengan pengasuh utamanya, biasanya ibu.
   - **Hasil Positif:** Jika kebutuhan bayi terpenuhi dengan konsisten, bayi akan mengembangkan rasa percaya terhadap dunia. Sebaliknya, jika bayi sering diabaikan, rasa ketidakpercayaan dapat berkembang.

2. **Tahap 2: Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (18 bulan-3 tahun)**
   - **Krisis:** Apakah saya dapat mengendalikan diri sendiri?
   - **Pengaruh Utama:** Pengasuhan yang mendukung eksplorasi anak.
   - **Hasil Positif:** Anak yang diberi kesempatan untuk mandiri akan mengembangkan rasa percaya diri. Sebaliknya, terlalu dikendalikan atau dipermalukan dapat menyebabkan rasa malu dan ragu.

3. **Tahap 3: Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-5 tahun)**
   - **Krisis:** Apakah saya dapat memulai dan menjalankan rencana?
   - **Pengaruh Utama:** Interaksi anak dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
   - **Hasil Positif:** Anak yang diberi kebebasan untuk mencoba hal baru akan mengembangkan rasa inisiatif. Namun, jika anak sering dikritik, mereka bisa merasa bersalah atas tindakan mereka.

4. **Tahap 4: Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6-12 tahun)**
   - **Krisis:** Apakah saya mampu bersaing dan mencapai sesuatu?
   - **Pengaruh Utama:** Lingkungan sekolah dan teman sebaya.
   - **Hasil Positif:** Anak yang mendapatkan dorongan dalam belajar dan berkompetisi akan mengembangkan rasa kompetensi. Sebaliknya, kritik berlebihan atau kegagalan terus-menerus dapat menyebabkan rasa rendah diri.

5. **Tahap 5: Identitas vs Kekacauan Identitas (12-18 tahun)**
   - **Krisis:** Siapakah saya, dan apa peran saya dalam masyarakat?
   - **Pengaruh Utama:** Pencarian jati diri selama masa remaja.
   - **Hasil Positif:** Remaja yang berhasil mengeksplorasi nilai dan tujuan hidupnya akan menemukan identitas yang solid. Sebaliknya, kebingungan atau tekanan dari lingkungan dapat menyebabkan krisis identitas.

6. **Tahap 6: Intimasi vs Isolasi (18-40 tahun)**
   - **Krisis:** Apakah saya mampu menciptakan hubungan yang intim?
   - **Pengaruh Utama:** Hubungan romantis dan persahabatan.
   - **Hasil Positif:** Individu yang berhasil menjalin hubungan yang dekat dan penuh komitmen akan merasa terpenuhi. Sebaliknya, kegagalan dapat menyebabkan perasaan kesepian dan isolasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun