Mohon tunggu...
Fatya AthaArgiyanti
Fatya AthaArgiyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah UNPAD

Aku adalah seorang anak sulung umur 18 tahun yang menggemari novel anak-anak dan (terlalu) jatuh cinta dengan semur baso-tahu buatan mama!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Leonard dan Jepang: si Maling Manipulatif

23 Juni 2024   22:20 Diperbarui: 24 Juni 2024   21:01 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak kenal dengan game animasi komputer bernama Angry Birds? Game mengenai sekumpulan burung yang dilontarkan oleh ketapel untuk menghancurkan bangunan berisi babi ini telah menemani masa kecil sebagian dari kita. Untuk melepas rindu masa kecil kita, di tahun 2016 lalu, Columbia Pictures dan Rovio Animation memproduksi game animasi komputer ini menjadi sebuah film layar lebar dengan judul yang sama. Film ini dibintangi oleh Jason Sudeikis, Josh Gad, Danny McBride, Bill Hader, Peter Dinklage, dan sebagainya.

Film The Angry Birds Movie 1 ini mengisahkan tentang Red, si burung pemarah yang diasingkan oleh penduduk Pulau Burung karena emosinya yang meledak-ledak sejak kecil. Dua teman sekelas Red di kelas manajemen amarah, yaitu Chuck (si burung kuning yang bisa bergerak cepat) dan Bomb (si burung hitam yang bisa meledak), mencoba mendekati Red untuk mengajak burung pemarah itu menjalin pertemanan dengan keduanya. Namun, Red selalu menghindar.

Suatu hari, sebuah perahu yang ditumpangi oleh dua ekor babi mendarat dan menghancurkan rumah Red. Leonard si kapten dan Ross si asisten mengaku bahwa kedatangan mereka adalah sebagai penjelajah damai yang bersahabat. Red yang mencurigai kedatangan Leonard dan Ross kemudian menyelinap masuk ke dalam perahu yamg ditumpangi si duo babi. Red terkejut ketika menemukan bahwa di dalam perahu itu justru terdapat babi-babi lainnya, ini berbeda dengan klaim Leonard yang mengatakan bahwa ia dan Ross hanya datang berdua saja. Red memberitahukan temuannya kepada burung-burung yang menghuni Pulau Burung, tapi tidak ada satupun yang mempercayainya. Bahkan, Leonard menuduh bahwa Red telah berbohong. Pada akhirnya, dugaan Red soal duo babi yang datang dengan niat jahat terbukti benar, Leonard dan babi-babi lainnya berhasil membawa telur milik burung-burung pergi ke Pulau Piggy untuk dijadikan santapan. Meski pada akhirnya, Red dan teman-teman berhasil menyelamatkan telur-telur yang diculik, akan tetapi bagaimanpun juga tindakan ini tidak menyembunyikan fakta bahwa burung-burung Pulau Burung telah terbujuk rayuan dan manipulasi dari Leonard.

Di dunia nyata, kisah mengenai pendatang yang bersikap buruk pada penduduk asli suatu wilayah memang kerap terjadi. Salah satu pendatang dengan sikap buruk yang diingat baik oleh sejarah Indonesia adalah Jepang. Si Negara Matahari Terbit yang melaksanakan masa pendudukan di Indonesia ini sama manipulatif nya seperti si babi hijau Leonard. Disamping melakukan manipulasi, Jepang juga tak segan melakukan tindakan-tindakan niretika seperti pemerkosaan, pemerasan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Namun, Leonard dan Jepang kali ini diminta untuk bercermin di kubangan air kotor yang sama, maka sikap manipulatif mereka lah yang akan dibahas. Selengkapnya soal kemiripan diantara Leonard si Kapten Babi Hijau dan Jepang si Negara Matahari Terbit adalah sebagai berikut:

1. Klaim Dengan Ikatan Pertemanan dan Persaudaraan

Dalam paragraf mengenai garis kisah film The Angry Birds Movie sebelumnya telah disebutkan, bahwa Leonard memberikan sebuah klaim kepada penduduk Pulau Burung kalau ia adalah penjelajah damai yang bersahabat. Hal serupa juga dilakukan oleh Jepang. Indonesia yang sedang terpuruk akan aksi penjajahan Belanda, terbuai klaim saudara tua Jepang. Semboyan yang Jepang bawakan dalam gerakan 3A-nya, yaitu "Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia", juga semakin membuat otak masyarakat Indonesia dipenuhi kabut.

2. Awal Kedatangan yang Disambut Hangat

Jepang dan Leonard pada awalnya sama-sama diterima oleh penduduk asli, mereka juga dijamu dan disenangi oleh para penduduk asli. Leonard datang membawa inovasi berupa ketapel raksasa dan Jepang yang mengiming-imingi kebebasan dari penjajah Belanda bagi masyarakat Indonesia. Keduanya disanjung dengan gelap mata, baik penduduk Pulau Burung maupun masyarakat Indonesia, keduanya tak pernah berpikir bahwa kedatangan pendatang-pendatang ini adalah untuk mencuri sesuatu yang berharga dari diri mereka.

3. Pencurian yang Tak Kenal Malu

Leonard dan Jepang sekiranya pantas disebut maling. Leonard merampas telur-telur burung milik burung-burung Pulau Burung dan Jepang merampas kesejahteraan masyarakat Indonesia. Telur yang dijaga baik-baik oleh burung-burung Pulau Burung adalah bakal penerus mereka, begitu juga dengan kesejahteraan masyarakat yang seharusnya di kemudian hari dapat menjadi bekal utama kemajuan bangsa ini. Telur dan kesejahteraan masyarakat dapat diibaratkan sebagai harapan masa depan, tanpa harapan, hidup akan jauh lebih sengsara.

4. Memberikan Indentitas Palsu

Tak hanya melakukan pencurian dan manipulasi, tapi Leonard dan Jepang juga memalsukan identitas mereka. Leonard yang pada awalnya mengaku sebagai kapten ternyata merupakan seorang raja dari Pulau Piggy yang bernama Leonard Mudbeard. Pemalsuan identitas juga dilakukan oleh Jepang, identitas yang dimaksud adalah identitas dalam tanda kutip. Klaim yang mengatakan bahwa Jepang adalah saudara tua Indonesia yang akan membebaskan mereka dari belenggu penjajahan Belanda ternyata hanyalah tipu muslihat belaka, identitas asli Jepang adalah tiran yang memeras masyarakat Indonesia dalam segala aspek.

Sebagai dua pendatang yang berperilaku buruk, Leonard dan Jepang memang memiliki kesamaan yang tak dapat terelakkan. Namun, ada hal lain yang dapat Anda jadikan persamaan antara film The Angry Birds Movie 1 dengan kondisi masyarakat Indonesia sebelum meraih kemerdekaannya, yaitu kegigihan yang dimiliki oleh Red cs dan masyarakat Indonesia untuk mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik mereka. Mereka tak kenal lelah dan tak kenal takut melawan maling-maling manipulatif ini. Patut digarisbawahi bahwa kegigihan yang dimiliki Red cs dan masyarakat Indonesia merupakan suri tauladan yang baik untuk kita ketika menghadapi tantangan dan cobaan.

Selain kegigihan, nahasnya dalam perjuangan melawan maling-maling ini, keduanya sama-sama harus saling berteguh hati. Red cs harus berlapang dada karena salah satu butir telur yang diculik justru jatuh dari jaring dan tak bisa diselamatkan. Satu keluarga burung harus menghimpun duka atas kejadian ini. Begitu juga dengan masyarakat Indonesia, banyak sekali korban jiwa yang jatuh selama masa pemberontakan terhadap pemerintahan militer Jepang di Indonesia. Banyak keluarga harus menghimpun duka yang mendalam karena kehilangan sanak-saudaranya.

Melihat manipulasi Leonard dan Jepang yang memakan korban tentulah membuat kita jadi geram, meski begitu, kita juga seharusnya tidak mudah percaya dengan orang baru. Untuk menilai mana orang yang bisa dipercaya dan mana tidak bisa dipercaya tak hanya melalui penglihatan, pendengaran, dan suara hati, tapi juga harus dibarengi dengan logika dan ketajaman berpikir.

Apa yang dilakukan oleh Leonard dan Jepang sebagai pendatang juga tak luput menjadi pelajaran hidup lainnya. Jangan sampai, sikap manipulatif dan siasat udang dibalik batu yang melekat pada Leonard dan Jepang, ikut menjadi bagian dari diri kita. Sudah semestinya bagi kita untuk bersikap baik, ramah, dan sopan ketika bertandang ke tempat-tempat lain, baik itu hanya sekedar ke rumah saudara ataupun ke negeri orang. Jadilah "tamu" yang beretika, agar ketamakan tidak merasuki dirimu, dengan begitu niscaya hidupmu akan jauh lebih tercukupi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun