Covid-19 masih saja menjadi polemik bagi masyarakat dunia terutama di Indonesia sendiri, dewasanya hal ini menimbulkan keresahan sendiri bagi masyarakat. Dan dari keresahan itu muncul kekhawatiran-kekhawatiran yang menyebabkan tensi dalam masyarakat mulai meningkat, seperti di berlakukannya larangan untuk tidak menimbulkan keramaian terutama himbauan untuk ibadah di rumah yang di anggap sebagai agenda tersembunyi yang ingin melakukan deskriminasi umat yang mempunyai maksud untuk menjauhkan masyarakat dari peribadatannya.Â
Terutama sekali agama Islam dimana Indonesia merupakan mayoritas dari umat muslim itu sendiri. tak hanya sampai di situ data menyebutkan kecenderungan masyarakat yang lebih banyak mengkonsumsi berita  dari media online di khawatirkan ketidakcermatan dalam mengkonsumsi berita yang mengandung hoax bisa menambah kekhawatiran yang berlebih hingga menimbukan kepanikan dalam masyarakat.
Tidak hanya sampai disitu, ketidak stabilan ekonomi menjadi PR penting bagi pemerintah untuk cepat mengatasinya. Dan seperti yang kita ketahui meskipun tidak di berlakukannya lockdown dan hanya menerapkan social distancing namun hal ini juga berdampak bagi pelaku usaha karena kekahwatiran masyarakat untuk berinteraksi secara langsung. Ditambah banyaknya pekerja informal yang hanya mengandalakann pendapatan harian dibarengi pelaku usaha yang tidak memiliki skill untuk menggunakan internet akan mematikan banyak pekerjaan. di tengah panasnya suasana ini akhirnya muncullah kesimpulan sendiri dari masyaraka lwbih baik mati karena corona daripada mati kelaparan karena tidak melakukan apa-apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H