Mohon tunggu...
Fatwa Azmi
Fatwa Azmi Mohon Tunggu... Novelis - Hi, I am, Azmi.

Anak ingusan yang mengetik dengan jari kecilnya, memandang dengan dua bola mata indahnya, dan mempunyai hati sebagaimana hati manusia. Read more at https://www.indonesiana.id/profil/1223/fatwazmi@gmail.com#kbDjWqS1PpfLmjOW.99

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKM-DR UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2021/2022: Pengentasan Buta Aksara Melalui Kreasi Taman Baca di Desa Bojongkoneng Kabupaten Bogor Jawa Barat

24 Januari 2022   15:13 Diperbarui: 24 Januari 2022   15:20 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Taman baca kami iringi dengan permainan-permainan edukatif yang telah kami kuasai. Tak lupa kami membeli hadiah jajanan sederhana yang ternyata dapat menggugah semangat mereka untuk kembali dating. Jujur saja kami agak ragu akan berkurangnya kehadiran partisipasi anak-anak yang ingin hadir di taman baca ini. Namun ternyata ekspektasi kami tidak sesuai. Semakin berjalannya hari, taman baca semakin ramai. Bapak-bapak tua mengantar anaknya sambil melemparkan senyum kepada kami serta ibu-ibu yang menemani anaknya hingga selesai terlihat tidak pernah bosan. Meskipun hujan datang dengan cukup lebat, mereka rela memegangi payung untuk melindungi kepala anak-anaknya. Di akhir kegiatan, ucapan terima kasih silih berganti kami terima. Tak jarang air mata keharuan turun tiap kali menutup pertemuan pada taman baca sebab kegigihan mereka.

            Kami membagi kelompok baca sesuai dengan kemampuan mereka. Perlahan-lahan kami ajarkan bagaimana cara mengucap huruf dengan tepat hingga menulisnya satu persatu. Karakter anak yang bermacam-macam sudah menjadi pemandangan dan tanggung jawab kami selama itu. Taman baca semakin menarik dengan kehadiran 2 anak spesial yang diminta oleh warga sekitar untuk dapat perlakuan khusus. Ya, anak dengan kebutuhan khusus menjadi salah satu dari anak-anak yang kami asuh dalam taman baca. Betapa beruntungnya kami mendapatkan pengalaman berharga ini.

            Motivasi dan semangat belajar mereka sangatlah tinggi. Dalam beberapa hari saja, beberapa anak sudah mulai mengenal huruf yang pada awalnya mereka buta sama sekali. Bukan tidak ingin apabila taman baca ini terus berlanjut, mereka akan mampu menjadi penyair maupun penulis yang handal.

            Dengan berbagai keterbatasan yang ada, rasanya tidak menghalangi mereka sama sekali untuk pergi ke taman baca. Entah diantar oleh orang tua mereka maupun berjalan kaki sendiri. Konstruk tanah yang turun-naik pada kawasan bukit bukanlah medan yang mudah untuk dilalui. Beberapa jalanan memang sudah diaspal, akan tetapi banyak lubang yang bertebaran dan sangat berbahaya apabila tidak diperbaiki.

            Suasana kampung nan tenang memang sangatlah syahdu. Kehadiran kami di sana sepertinya menjadi sebuah harapan bagi mereka. Singkong goreng dan ubi rebus menjadi santapan setia kami yang disediakan oleh warga demi memberikan kami asupan untuk bisa mengajarkan anak-anak mereka. Singkongnya sangat renyah, serenyah senyum mereka yang tak pernah lepas dari pandangan kami.

            Hari demi hari berganti. Anak yang tadinya tidak berani menyebutkan namanya kini berada di depan untuk menyanyikan sebuah lagu edukatif. Anak yang tadinya kebingungan untuk menunjukkan huruf kini dengan percaya diri mengungkapkannya. Anak yang tadinya mesti ditemani oleh ibunya kini dengan sendirinya menghadiri taman baca kami.

            Bukan perkara mudah memang. Itu semua membutuhkan banyak pengorbanan. Tenaga, biaya, pikiran, juga yang terakhir, yakni rasa. Rasa bahwa antara kami dan mereka merupakan keluarga yang saling memiliki. Juga rasa untuk saling menjaga serta saling menyayangi. Selama periode awal memang hal itulah yang kami fokuskan. Tidak jarang kedatangan orang asing pada sebuah kampung tidak mampu menciptakan rasa tersebut. Hal itu yang kami jaga supaya apa yang kami abdikan dapat benar-benar bermanfaat. Bukan hanya untuk sekarang saja, namun berkelanjutan hingga nanti.

            Jumat sore di saat langit sedang mendung-mendungnya, kami pamit. Alunan angin menandakan bahwa waktu kami untuk hidup bersama di sini akan usai. Sebelum berpamitan, kami mengadakan berbagai lomba dengan berbagai gelak tawa dalam permainannya. Belum sempat tawa itu dinikmati, dengan sangat pedih kami harus mengungkapkan bahwa kami harus pergi. Secara spontan suasana menjadi sangat haru. Beberapa anak berlarian memeluk kami tanpa ada arahan apapun. Tangis pun pecah.

            Kami katakan bahwa kehadiran kami di sini memanglah singkat, tapi semangat kalian tidak boleh menjadi padam. Kami juga titipkan kepada anak-anak yang sudah lebih dewasa untuk terus mengajari adiknya belajar dengan berbagai metode dan materi yang telah kami berikan. Potensi mereka sangatlah besar. Kami yakin, dengan terentasnya buta aksara melalui taman baca yang telah kami tancapkan pondasinya, akan tercipta putra dan putri bangsa yang mampu membangun kampungnya sendiri meski berada di dalam lingkaran keserakahan.

           

whatsapp-image-2022-01-24-at-15-16-51-61ee609d4b660d4c2c7b1832.jpeg
whatsapp-image-2022-01-24-at-15-16-51-61ee609d4b660d4c2c7b1832.jpeg
whatsapp-image-2022-01-24-at-15-16-03-61ee60b2870000371a2b1cf7.jpeg
whatsapp-image-2022-01-24-at-15-16-03-61ee60b2870000371a2b1cf7.jpeg
whatsapp-image-2022-01-24-at-15-15-49-61ee60be06310e5c8407eab2.jpeg
whatsapp-image-2022-01-24-at-15-15-49-61ee60be06310e5c8407eab2.jpeg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun