Mohon tunggu...
Abdul Fatwa
Abdul Fatwa Mohon Tunggu... ADA AJA -

mencoba menulis apa saja ....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aroma Uang dalam Perekrutan Penyelenggara Pemilu

21 Juli 2014   17:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:43 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perbincangan di TPS bersama teman-teman yang bertugas sebagai KPPS pada pemilu Presiden yang lalu ternyata mengungkap sisi lain ketidak beresan yang terjadi pada PILEG sebelumnya. Seperti diketahui banyak temuan dari bawaslu mengenai kesalahan yang terjadi pada pengisian form C1 terutama pada penulisan dan penjumlahan angka-angka sehingga menimbulkan kecurigaan terjadinya kecurangan namun ternyata tidak semua kesalahan adalah akibat kesengajaaan tetapi lebih banyak diakibatkan oleh human error.

Setelah pelaksanaan PILEG pada 9 April KPU melakukan pembersihan terhadap pelaksanan pemilu ditingkat bawah mulai dari KPU propinsi, KPU Kabupaten/kota, PPK , PPS bahkan sampai ke tingkat KPPS yang bermasalah banyak yang diganti terutama mereka yang dianggap atau terindikasi melakukan permainan pada saat PILEG berlangsung. Namun penggantian itu tidak hanya dilakukan terhadap mereka yang melakukan kecurangan tetapi juga dilakukan terhadap penyelenggara yang dianggap kurang kompeten dalam melaksanakan tugas dan ternyata proses ini memunculkan cerita-cerita yang kurang sedap seputar masalah tersebut.

Penyelenggara pemilu di tingkat kecamatan adalah Panitia pemilihan kecamatan (PPK) yang proses perekrutannya dilakukan oleh KPU kabupaten/kota dan menurut cerita ada salah satu ketua PPK di kota kami yang ternyata tidak lancar membaca dan ketika ketahuan dan diganti sang ketua PPK tersebut kemudian bercerita bahwa ketika mendaftar sebagai anggotaPPK dia diminta membayar sebesar 5 juta oleh oknum KPU kota jika ingin lulus dan ternyata ini sudah menjadi standar kelulusan di tingkat PPK sehingga pantas saja banyak ketidak beresan terjadi karena kondisi SDM yang tidak memadai

Demikian juga dengan perekrutan ditingkat kelurahan atau PPS dilakukan dengan cara yang tidak transparan tetapi hanya mengandalalkan kedekatan dengan anggota PPK yang bertugas merekrut petugas ditingkat kelurahan. Demikian seterusnya sampai ketingkat KPPS bahkan pada saat perekrutan anggota KPU kota pun sudah beredar berita tentang adanya permainan uang yang dilakukan oleh tim seleksi.

Pemilu 2014 ini telah berlalu dan menyisakan banyak cerita yang kurang sedap sehingga hal ini seharusnya menjadi bahan pertimbangan bagi KPU dalam pelaksanaan pemilu yang akan terutam sekali pola perekrutan pelaksana pemilu ditingkat bawah perlu di rubah sehingga mereka yang terpilih memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan tugasnya dan bukan menjadi ajang pencarian uang bagi sebagian oknum yang akan mencederai demokrasi kita. Semoga presdien yang terpilih melalui pilpres 2014 ini dapat membawa bangsa dan Negara kita menjadi lebih baik. Sampai jumpa di PEMILU berikutnya…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun