Mohon tunggu...
Kholifatus Sahara
Kholifatus Sahara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Maliki Malang '19 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Saja yang Terjadi dalam Sistem Sensorik? Mari Mengenal Lebih Dalam Tentang Sensasi, Persepsi dan Atensi

14 Maret 2021   14:54 Diperbarui: 14 Maret 2021   22:17 1499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap orang pasti pernah merasakan sesuatu. Namun tidak semua hal yang mereka rasakan bisa sama. Ketika ada seorang pianis memainkan sebuah pianonya, kemudian disekitar mereka juga ada beberapa orang yang memainkan gitar. Akan tetapi anda lebih terfokus kepada alunan piano bukan kepada orang yang memainkan gitar, disisi lain teman anda tidak menikmati alunan piano dan lebih tertarik kepada  orang yang bermain gitar. Hal tersebut terjadi karena pada pemrosesan informasi terdapat proses sensasi, persepsi dan atensi  yang berbeda-beda tiap individu. Dalam psikologi kognitif adanya korelasi antara fisik dan mental yang berpusat pada sistem sensorik.

Sistem sensorik merupakan proses penyaluran informasi ke otak yang disebabkan oleh stimulus internal atau eksternal. Pada sistem sensorik terdapat sensasi, atensi dan persepsi. Sensasi sebagai rangsangan yang kita terima melalui alat Indra dan akan membentuk sebuah informasi yang  ditangkap dan akan menjadi sebuah makna atau disebut persepsi. Oleh karena itu persepsi berkaitan erat dengan sensasi  dan tidak akan bisa dipisahkan satu sama lain. 

Sensasi merupakan proses bottom up, persepsi yang mengarahkan kognisi. Interpretasi dari rangsangan yang kita terima akan mengarahkan pikiran kita, seperti ketika kita mencium bau harum, mencicipi sebuah makanan, mendengarkan musik. sedangkan persepsi terjadi melalui proses top down, persepsi dibangun oleh kognisi yang ada,  penginterpresian dari sistem sensorik yang kita terima akan dihubungkan dengan reference dan experience tiap individu dan akan membentuk sebuah pengalaman tentang persepsi. Misalnya ketika anak melihat badut begitu senang karena lucu menggemaskan ada juga  anak yang takut karena pernah melihat film tentang badut yang jahat dan kejam, jadi sesuatu yang sudah kita persepsi ketika kita melihatnya remains the same , maka secara otomatis akan me-recall ulang itu kembali untuk mepersepsikannya dengan hal yang sama.

Begitupun perbedaan persepsi antara hewan dengan manusia, misalnya ketika kita menjumpai genangan air selokan, bagi seekor nyamuk genangan air selokan cocok sebagai tempat perkembangbiakannya sehingga mereka berkerumun disana, berbeda dengan kita yang tidak akan mendekat atau bahkan  sekedar mencelupkan jari kita kedalamnya, mungkin akan langsung menjauh dan menutup indra penciuman karna air selokan adalah air kotor yang menjadi tempat bersarangnya bakteri. Hal tersebut terjadi karena penciptaan sistem sensorik yang berbeda sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda pula.

Berbeda dengan atensi, atensi sendiri merupakan pemusatan pikiran yang didalamnya terjadi pengabaian terhadap objek lain dan otak hanya akan mengalokasikan hal yang menurutnya paling penting atau dibutuhkan. Proses kognitif  tersebut akan memilah informasi yang masuk melalui sensori,  sehingga otak tidak menampung seluruh informasi. Bayangkan saja ketika otak kita tidak memiliki kemampuan atensi saat berkendara kita tidak bisa fokus dalam menyetir, saat makan, bermain game, dll kita menjadi bingung dan cenderung tidak bisa diam untuk terfokus pada satu pekerjaan. 

Atensi selektif , atensi ini yang akan memilah secara selektif dari seluruh stimulus yang lebih spesifik. Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, atensi selektif terjadi karena keterbatasan kita dalam memproses stimulus yang masuk secara bersamaan, namun hal tersebut juga bisa bersifat adaptif sehingga hal ini akan mencegah proses yang menghambat kognisi. Seperti ketika anak mengambil bola yang berwarna merah saja diantara bermacam-macam warna dalam satu keranjang, anak tersebut akan selektif dalam memilih dan fokus kepada bola yang berwarna merah saja.

Proses sensorik yang kita terima akan terus menerus datang secara bersamaan, rangsangan yang akan kita pilih adalah rangsangan yang mendapatkan atensi khusus dalam Buku Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan (Robert Solso, Otto Maclin & Kymberly Maclin) bahwa terdapat lima isu mengenai atensi, sebagai berikut :

1. Kapasitas pemrosesan dan selektivitas bahwa kita dapat melihat stimulus eksternal nakun kita tidak bisa memperhatikan seluruh stimulus.

2. Kendali, dalam memilih atensi kita memiliki kendali dari rangsangan yang kita pilih

3. Auto proses, beberapa atensi yang mungkin sudah sering kita lakukan seperi saat makan kita hanya membutuhkan sedikit atensi sadar karena sudah menjadi kebiasaan.

4. Neurosains Kognitif, sistem saraf pusat merupakan pendukung utama terhdap proses atensi.

5. Kesadaran, kemampuan atensi membawa kita ke dalam peristiwa alam sadar.

 Dalam anak usia dini atensi sangat dibutuhkan mengingat saat terjadi proses belajar anak diharapkan fokus, duduk tenang, dapat menerima dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Gangguan atensi pada anak biasanya disebut  ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)  gangguan ini terjadi ketika anak sulit berkonsentrasi dan biasanya tidak bisa tenang atau Hyperactivity, berlarian saat pembelajaran berlangsung, sulit berkonsentrasi lama pada proses pembelajaran dll. Anak yang memiliki gangguan ADHD perlu mendapat perhatian lebih , pemberian terapi khusus atau berkonsultasi kepada ahli yang profesional dalam mengatasi hal ini. Orang tua dan pendidik juga berperan penting dalam proses perkembangan perubahan mereka kedepaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun