Kalian pasti pernah mengingat kembali peristiwa yang pernah terjadi dimasa lampau. Dimulai dari hal sederhana, memalukan, traumatis atau bahkan hal yang menakjubkan. Namun tak sedikit dari kalian pasti masih mengingat bagaimana wajah guru TK kalian, penampakan sekolah kalian dulu, atau teman bermain kalian saat masih TK dll.
Dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak akan terlepas dari sebuah masalah. Hal sederhana seperti ketika kita akan mengunjungi rumah seseorang kemudian kita lupa alamat yang dituju, sang pemilik rumah memberikan instruksi tentang jalur yang harus kita tempuh untuk sampai dirumahnya. kita harus bisa membedakan belokan kanan dan kiri, bangunan atau apa saja yang menjadi patokan jalur tersebut agar kita bisa sampai.
Dari permasalahan diatas kita bisa menyebutnya sebagai kemampuan kognitif dimana dalam proses berpikirnya melibatkan organ tubuh yaitu otak. Bagaimana kemampuan seseorang dalam mengingat kembali, memecahkan sebuah masalah dan mengambil keputusan yang tepat.
Tahun 1960 behaviorsm yang kedua menetapkan bahwa pelaku kelompok utama dari teori tersebut adalah psikologi kognitif. . Psikologi kognitif telah menggantikan behaviorsm sebagai landasan terdepan dalam pendidikan, dan memunculkan adanya tiga kritik utama mengapa behavior...
Yang pertama yaitu behaviorsm tidak menjelaskan bagaiamana belajar bahasa dan bagaimana bahasa bisa dipelajari. Mereka belajar bahasa pertama melalui bahasa ibu, dalam hal ini behaviorsm juga tidak menjelaskan masalah dalam pembelajaran bahasa yang menjadi kritik dalam kognitif psikologi kognitif lebih fokus kepada bagaimana sebuah bahasa dipelajari karena kemampuan berpikir bisa terjadi lewat bahasa, melalui sebuah ungkapan kata yang bisa dimengerti sehingga antar saling individu bisa saling memahami.
 Bahasa sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita dalam memenuhi kebutuhan . Bahasa tidak harus berupa kalimat atau ucapan saja, seperti contoh anak usia dini yang berada pada pralanguistik, ketika mereka lapar , haus atau tidak nyaman mereka bisa mengungkapkannya melalui sebuah tangisan atau sebuah isyarat yang menunjukkan bahwa mereka menginginkan sesuatu.
Yang kedua behaviorsm tidak menjelaskan mengapa orang bisa menanggapi stimulus yang sama dengan cara yang berbeda. Misalnya dua orang anak diajarkan untuk menendang bola dengan metode yang sama namun hanya satu anak yang bisa dan paham. Hal ini termasuk kelemahan behaviorsm karena tidak bisa menjelaskan bagaimana hal tersebut bisa terjadi.
Yang ketiga behaviorsm tidak menjelaskan mengapa sebuah penguatan bisa menurunkan sebuah motivasi. Dalam hal ini perilaku seseorang akan bergantung pada bagaimana penguatan positif dan negatif yang mereka terima, namun semakin banyak penguatan yang diberikan, bagaimana sebuah motivasi diatur dalam kehidupan individu untuk memotivasi individu menjadi lebih baik karena didalam kehidupan nyata kita tidak akan selalu mendapat imbalan ketika mengerjakan pekerjaan yang bagus.
Dalam hal ini ada beberapa tokoh penting perbandingan behaviorsm dan psikologi kognitif, Pavlov dan Skinner berpihak pada behaviorsm. Vygotsky dan Piaget berpihak pada psikologi kognitif, sedangkan Bandura berada diantara tengah-tengah mereka bahwa hal tersebut bisa dipelajari melalui observasi modeling dan imitasi, atau dikenal sebagai working mental model dimana Lingkungan dan Perilaku saling mempengaruhi satu sama lain. Lingkunganbisa membentuk perilaku seseorang dan perilaku seseorang juga bisa berpengaruh terhadap lingkungan.Â
Seperti ketika anak berada dilingkungan yang kurang baik hal tersebut akan membentuk dan mempengaruhi perilaku anak. Jika perilaku yang diimitasikan perilaku buruk, maka ketika anak berperilaku buruk juga akan mempengaruhi lingkungan yang tidam bisa menerima perlakuan mereka sehingga anak dianggap sebagai perusak dalam lingkungan tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas bisa disimpulkan dari pengamatan Piaget tentang bagaimana anak berpikir mengenai dunia, bagaimana pengalaman tersebut membentuk pola perkembangan kognitif anak yang diibaratkan seperti fisik tubuh yang memiliki beberapa organ didalamnya dan berfungsi sesuai dengan tugasnya masing-masing untuk beradaptasi dengan lingkungannya.Â
Adaptasi tersebut merubah pola pikir anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya bagaimana cara atau perilaku yang tepat agar mereka bisa diterima di dalam lingkungannya. Piaget akhirnya mengembangkan sebuah konsep tentang proses kognitif anak dalam usia yang berbeda-beda yang berpikir dan beradaptasi dengan dunia mereka sendiri.
Proses - Proses Kognitif menurut Piaget
1. Skema, skema tercipta ketika seorang anak ingin mencoba memahami lingkungannya , maka mereka menciptakan sebuah skema dalam hal ini Piaget membaginya menjadi dua yaitu skema perilaku yang terjadi pada masa bayi melalui aktivitas fisik sederhana yang melibatkan objek misalnya melihat, menggengam, menendang dll. skema mental melalui aktivitas kognitif yang terjadi pada masa kanak-kanak. Dan biasanya berupa bagaimana cara mereka dalam mengatasi sebuah masalah misalnya ketika anak belajar makan dengan menggunakan sendok bagaimana agar sendok tersebut tidak jatuh ketika dipegang . Kemudian memasuki tahao dewasa skema yang kita bangun semakin kompleks sesuai dengan masalah yang kita hadapi.
2. Asimilasi dan Akomodasi, yang akan menjelaskan tentang bagaimana anak bisa mengadaptasi skema - skemanya. Konsep asimilasi terjadi saat anak mulai menggunakan skema untuk berhadapan dengan hal baru sedangkan akomodasi terjadi ketika anak beradaptasi dan mulai menyesuaikan skemanya dalam menemukan hal bari. Misalnya ketika anak menjumpai sebuah burung, kemudian ia memilikk skema bahwa semua hewan yang bisa terbang adalah burung dan ketika ia menjumpai seekor kupu-kupu dia akan melakukan asimilasi bahwa heean tersebut adalah burung. Ternyata skema anak tersebut salah anak mungkin belajar dan bisa membedakan bagaimana membedakan nama dari jenis hewan yang bisa terbang hal tersebut termasuk proses akomodasi terhadap skema sebelumnya.
3. Organisasi, dalam hal ini Piaget menyimpulkan bahwa untuk memahami hak baru atau dunianya anak melakukan perbaikan secara terus-menerus yang merupakan proses dari perkembangan sehingga anak bisa mengorganisasikan pengalamannya, melalui beberapa tingkatan . Misalnya seorang anak memiliki skema yang sederhana dalam menggunakan gelas ketika minum air susu yang sebelumnya menggunakan dot, kemudian ia akan mencoba menggunakan berbagai cara agar bisa meminum air susu melalui gelas kemudian mengorganisasikan pengetahuan tersebut kedalam skema skema berikutnya yang memiliki tingakatan lebih tinggi.
4. Ekuilibrasi dan Tahap - Tahap Perkembangan. Menurut Piaget Ekuilibrasi sebagai istilah pada tahap peralihan anak ke tahapan lebih lanjut. Dalam hal ini proses - proses baru mengakibatkan kemajuan terhadap cara berpikir anak.
Perkembangan kognitif perlu mendapat perhatian dan stimulus yang tepat disetiap perkembangannya, karena proses kognitif akan membentuk perilaku anak dan kemampuan bepikir dan beradaptasi dengan lingkungan luar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H