Mohon tunggu...
Winata Faturahman
Winata Faturahman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Film and Television Studies

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Medium", Film Fiksi Atau Dokumenter?

19 Agustus 2022   08:30 Diperbarui: 19 Agustus 2022   08:36 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Punya hobi nonton film? atau hobi nonton film horor/thriler? Film horor menjadi salah satu genre film yang selalu membuat jantung deg-degan karena "jump scare"-nya. Apalagi ditambah dengan backsound ilustrasi musik yang mengagetkan, lengkaplah sudah suasana mencekam yang dibangun ketika menonton film horor. Salah satu film horor/thriler yang sempat naik daun adalah film horor dari Thailand yang berjudul The Medium. Film The Medium dirilis Oktober tahun 2021 di bioskop dan cukup memancing banyak atensi dari penggemar film horor di Indonesia. Film The Medium sendiri bercerita tentang tim yang mendokumentasikan sebuah kejadian yang aneh di sebuah desa bernama desa Isan. Desa ini terkenal dengan praktek dukunnya. Tim dokumentasi ini mengalami kejadian aneh saat salah satu keluarga dari dukun bernama Nim mengalami kerasukan dan menjadikan suasana menjadi mencekam. Penonton disuguhkan sebuah point of view (POV) shot, dimana kamera mewakili mata penonton. jadi penonton diajak seolah-olah mengalami kejadian yang sedang terjadi dalam film tersebut.

Secara teknis, film ini menggiring alam bawah sadar penonton untuk menyadari bahwa ini adalah sebuah film dokumenter. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti film dokumenter adalah dokumentasi dalam bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan. Dari pengertian  tersebut dapat disimpulkan bahwa film dokumenter erat hubungannya dengan dokumentasi, dimana jika yang berhubungan dengan dokumentasi maka bersifat real/nyata. Yang kedua adalah berhubungan dengan aspek seni dan budaya, dimana hal tersebut diperlihatkan ketika tim dokumentasi tersebut mengambil tempat ritual dan ritual yang dilakukan orang-orang di desa tersebut. Kedua hal tersebut seolah-olah film ini adalah sebuah film dokumenter.

Hal yang lain dari segi teknis adalah bagaimana teknik pengambilan gambar yang tidak biasa dari film-film horor yang sudah pernah tayang. Pada film ini kamera mewakili mata penonton untuk menaikan lagi 'emosi' penonton. Hal yang lainnya adalah pengambilan gambar yang dilakukan seperti bukan diambil oleh seorang kameraman atau penata gambar yang expert di dunia kamera dan pengambilan gambar. namun di balik itu semua, ada sebuah kejeniusan dimana teknik pengambilan gambar tersebutlah yang mampu mengecoh penonton. Penonton yang sudah siap disuguhkan dengan gambar khas dari film, justru 'dibius' lebih dahulu seakan-akan mereka sedang menonton sebuah film dokumenter, bukan film fiksi. 

Hampir Sepanjang film penonton disuguhkan dengan pengambilan gambar yang apa adanya seperti orang sedang membuat video sehari tanpa memikirkan konsep beauty shot dan komposisi yang menarik. Hal yang tidak kalah jenius dalam memainkan logika penonton adalah pada film The Medium ada scene-scene yang menampilkan wawancara dengan berbagai orang. Wawancara erat hubungannya dengan film dokumenter, dimana seorang narasumber akan ditanya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Hal tersebut menjadi sebuah kejeniusan lain dalam hal teknis untuk 'menabrak' aturan tentang film fiksi yang justru hal tersebut menjadi sebuah pembeda dan pengecoh untuk penonton. Ketika penonton berfikir dan mempertanyakan tentang fakta dari apa yang dilihat pada layar, mereka akan disadarkan kembali bahwa ini adalah sebuah film fiksi, bukan film dokumenter yang menampilkan fakta. Hal tersebut akan berulang-ulang hingga film berakhir.

Buah dari kerja keras tersebut terbayarkan dengan diraihnya penghargaan pada Festival Film Fantastis Internasional Bucheon Korea Selatan sebagai film mockumentary terbaik dan sebagai film yang bisa masuk di Oscar. Film The Medium menjadi sebuah film secara teknis simple, tetapi dari segi konsep sangatlah komplek, perlu perhitungan yang matang untuk mensukseskan konsep mockumentarynya. Film The Medium merupakan film dengan identitas ganda, yaitu film fiksi dengan format dokumenter, dan dokumenter dalam format fiksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun