Mohon tunggu...
Fatuh Hidayat
Fatuh Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perubahan Iklim "Global Warming" Vs "Global Cooling"

8 Februari 2018   20:08 Diperbarui: 19 Februari 2018   13:29 3788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   

Perubahan iklim (climate change) adalah perubahan pola iklim dunia yang terjadi akibat keadaan awal yang stabil tidak akan kembali lagi ke keadaan semula. Hal ini ditandai dengan naiknya suhu permukaan bumi. Perubahan iklim bukan merupakan fenomena yang baru. Melirik beberapa tahun lalu, fakta sudah berbicara bahwa telah terjadi perubahan iklim yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti pemanasan global, bertambahnya aktivitas manusia, efek gas rumah kaca (GRK), dan lain sebagainya.

      Pemanasan global (global warming) adalah kata yang selama sekitar 1,5 dekade terakhir ini menjadi hal yang terdengar sangat menakutkan bagi masyarakat di negara-negara di dunia. Kita pun sudah mengetahui beberapa akibat dari global warming, yaitu mencairnya gunung es di kutub, meningkatnya suhu permukaan laut di berbagai belahan dunia, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, meningkatnya ancaman badai di seluruh dunia, dan lain sebagainya. Kita juga telah mengetahui negara mana yang akan terkena dampak paling besar, yaitu negara yang memiliki pesisir pantai, negara kepulauan, dan daerah negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara.

      Ada yang berpendapat dan mencari tahu bahwa dalam beberapa dekade ke depan, global warming akan segera berakhir dan permukaan bumi akan mengalami pendinginan secara global (global cooling). Ada yang menduga peristiwa ini terjadi setiap 200-250 tahun sekali yang diklaim sudah pernah terjadi di dunia. Terkait dengan dugaan bahwa bumi akan mengalami global cooling, hal tersebut kurang bisa dipercaya karena tidak mencantumkan data-data yang valid.

      Pendapat bahwa pendinginan bumi sebelumnya terjadi dibanyak sungai di Inggris membeku pada zaman yang sudah diklaim sebagai global cooling tersebut, tidak menjelaskan bahwa hal tersebut memang benar-benar merupakan dampak dari global cooling. Hal ini lah yang membuat banyak keraguan yang muncul bahwa global cooling benar-benar ada dan pernah terjadi di bumi.

      Global warming memicu perubahan iklim yang dapat menyebabkan suhu yang awalnya normal menjadi lebih ekstrim. Saat malam hari suhu bisa menjadi lebih dingin dan saat siang hari suhu bisa menjadi sangat panas. Hal itulah yang mendasari adanya pemahaman bahwa bumi pernah dan akan mengalami global cooling. Maka dari itu, suhu ekstrim yang  dingin juga disebabkan oleh perubahan iklim yang memicu terjadinya badai di seluruh dunia, dan global warming adalah penyebab utama dari perubahan tersebut.

      Penyebab utama terjadinya global warming adalah berawal dari revolusi industri yang merupakan suatu revolusi dalam hal perubahan teknologi, sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Hal ini didasarkan pada perubahan ekonomi yang didominasi oleh pekerja industri menjadi pekerja produksi mesin. Revolusi ini dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap dan ditenagai oleh mesin. Perkembangan peralatan mesin logam, pada keseluruhannya terjadi pada dua dekade pertama dari abad ke-19. Hal ini membuat produk mesin digunakan untuk produksi di industri lainnya.

Revolusi industri yang muncul antara abad ke 18 sampai ke 19 sebagai awal penyebab global warming (Image Source : www.sekelumitpandang.com)
Revolusi industri yang muncul antara abad ke 18 sampai ke 19 sebagai awal penyebab global warming (Image Source : www.sekelumitpandang.com)
      Terdapat penyebab alamiah yang berkontribusi terhadap fluktuasi iklim, tetapi praktik industri merupakan penyumbang terbesar di balik global warming. Tuntutan pertumbuhan populasi telah menyebabkan pembalakan hutan, pembakaran bahan bakar fosil, dan pertanian yang meluas. Semua kegiatan ini menghasilkan gas rumah kaca seperti karbondioksida, nitrogenoksida dan metana di atmosfer. Gas rumah kaca menahan panas dari matahari dan tidak terpantulkan kembali ke angkasa. Hal ini menyebabkan atmosfer bumi memanas, yang dikenal sebagai efek rumah kaca. Hanya dalam 200 tahun, tingkat karbondioksida di atmosfer kita telah meningkat sebesar 30%.

Grafik perkembangan konsentrasi gas rumah kaca (Image Source : https://scripps.ucsd.edu)
Grafik perkembangan konsentrasi gas rumah kaca (Image Source : https://scripps.ucsd.edu)
   

      Untuk mengetahui seberapa besar ukuran climate change dan global warming, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui United Nations Framework Convention onClimate Change (UNFCCC) menggunakan sarana pengelolaan yang disebut Clean Development Mechanism/CDM, dengan menggunakan metode penglolaan CDM diharapkan mampu menghitung dan menganalisa berapa prakiraan besarnya kerusakan alam yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan cuaca dan global warming, apa saja sarana untuk memperbaiki kerusakan alam tersebut, berapa besarnya biaya yang harus disediakan untuk memperbaiki kerusakan , siapa yang memperbaiki, dimana saja yang harus diperbaiki , apa saja yang harus diperbaiki, apa saja bahan pengganti sebagai cadangan maupun utama. (Source : https://id.wikipedia.org).

      Efek dari global warming sudah berdampak pada mata pencaharian masyarakat, serta pada satwa liar dan lingkungan di seluruh dunia. Di Cina, bencana alam telah melanda 24,89 juta hektar tanaman pada tahun 2014, di mana 3,09 juta hektar di antaranya hancur. Selain itu, kekeringan menyebabkan kerugian ekonomi secara langsung hingga 83,6 miliar yuan atau lebih dari 13 miliar dolar. Di Turki, panen yang tertunda di wilayah Laut Hitam pada tahun 2014 mengakibatkan produsen teh Turki mengalami kerugian lebih dari 15% dari pendapatan tahunan mereka, karena suhu dingin ekstrem. Secara keseluruhan, bencana alam dalam dekade terakhir telah menelan biaya di seluruh dunia hingga 2,7 triliun dolar. Kebakaran hutan terus mengancam kehidupan spesies yang terancam punah, saat iklim yang berubah-ubah dan pembukaan lahan pertanian memaksa binatang keluar dari kawasan lindung untuk mencari air dan wilayah untuk ditempati. (Source : https://brightfuture.unilever.co.id).

      Dampak yang ditimbulkan global warming akan mengakibatkan perubahan iklim yang signifikan yang bergantung pada tingkat kenaikan suhu bumi. Kenaikan satu derajat akan memiliki dampak ekologis yang serius. Perubahan iklim akan menyebabkan beberapa daerah menjadi basah sehingga bersuhu lebih dingin, dan daerah lainnya menjadi lebih hangat sehingga bersuhu lebih panas. Permukaan air laut akan naik akibat dari gunung es di kutub utara maupun selatan yang mencair, sehingga beberapa daerah akan lebih berisiko terkena gelombang panas, kekeringan, banjir, dan bencana alam. Perubahan iklim bisa merusak rantai makanan dan ekosistem, mengakibatkan seluruh spesies terancam kepunahan.

      Di Indonesia, global warming juga menyebabkan dampak yang cukup serius, misalnya dalam hal cuaca ekstrim dan bencana meteorologi. Beberapa tahun ini siklon tropis melanda sejumlah daerah di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sudah ada lima kali siklon tropis yang terjadi di Indonesia. Siklon tropis Durga melanda perairan barat daya Bengkulu tahun 2008 menimbulkan gelombang setinggi tiga meter. Tahun 2010 siklon tropis Anggrek menerjang perairan barat Sumatra. Empat tahun kemudian perairan barat daya Sumatra terkena siklon tropis Bakung. Bulan November lalu timbul siklon tropis Cempaka di perairan selatan Jawa Tengah yang membuat curah hujan yang tinggi di Yogyakarta dan banjir di Pacitan. Setelah Cempaka, lahirlah Siklon tropis Dahlia yang meningkat di wilayah barat daya Bengkulu terjadi pada bulan November tahun ini. Curah hujan yang tinggi di Bengkulu merambat ke Lampung hingga Jawa Barat bagian selatan berpotensi banjir dan longsor.

Image Source : www.bmkg.go.id
Image Source : www.bmkg.go.id
      Dengan melihat rincian-rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa global cooling kurang bisa dipercaya karena kurangnya data yang valid. Dan dengan melihat data-data di BMKG, kenaikan suhu permukaan bumi akan berpotensi meningkat dalam dekade ke depan. Oleh karena itu masyarakat dihimbau untuk membantu menyukseskan program-program pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi global warming.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun