Mohon tunggu...
Fattan Fachrezy
Fattan Fachrezy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pendidikan IPS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hereditas dan Lingkungan dalam Proses Perkembangan Manusia

11 November 2024   08:06 Diperbarui: 11 November 2024   08:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hereditas adalah totalitas karakteristik yang diwariskan dari orang tua kepada anak melalui gen. Secara sederhana, hereditas dapat diartikan sebagai pemindahan sifat dari generasi ke generasi melalui proses reproduksi. Definisi Lingkungan mencakup berbagai kondisi, situasi, dan interaksi sosial yang mempengaruhi perkembangan individu. Berdasarkan pandangan hereditas, gen yang berasal dari karakteristik bawaan yang diwariskan (genotip) oleh orang tua dapat mempengaruhi karakteristik seorang individu. Gen tersebut kemudian akan terlihat sebagai karakteristik tertentu yang dapat diobservasi (fenotip). Hereditas juga merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diturunkan orang tua pada anak atau segala bentuk potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi masa pertumbuhan ovum oleh sperma sebagai warisan dari orang tua melalui gen-gen. Dengan demikian, hereditas ialah pewarisan (pemindahan) biologis, berupa karakteristik individu dari pihak orang tua kepada anaknya. proses pembelajaran dapat dinilai sebagai proses kunci dalam pembentukan kepribadian manusia dengan mempertimbangkan berbagai perspektif dalam menjalankan aktivitas pembelajaran. Dua faktor tersebut (hereditas & lingkungan) berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang peserta didik.

Adapun pembagian dalam pengaruh hereditas yaitu:

  • Perkembangan Fisik
  • Perkembangan Kognitif
  • Perkembangan Emosional
  • Lingkungan Fisik
  • Lingkungan Sosial
  • Pendidikan dan Pengasuhan

Teori Empirisme

Empirisme merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni "empiria" yang berarti pengalaman. Jika menilik konteks etimologinya, pengalaman yang dimaksud dalam empirisme adalah pengalaman yang berkaitan dengan apa yang ditangkap oleh pancaindra. Teori ini berkembang di Inggris sejak abad ke-17. Tokoh-tokoh dalam teori ini diantaranya John Locke, David Hume, dan Bishop Berkeley. Para penggagas dan pendukung teori empirisme meyakini bahwa pengalaman dalah segalanya, yang berarti semua pengetahuan yang dimiliki oleh manusia diperoleh melalui pengalaman yang konkret, yang mana penalaran yang bersifat rasional tidak dianggap.

Teori Nativisme

Nativisme merupakan suatu istilah yang berasal dari kata latin "Natus", yang berarti "lahir" atau "pembawaan". Dengan kata lain, sifat-sifat dan kemampuan individu ditentukan oleh faktor keturunan atau hereditas. Salah satu tokoh berpendapat mengenai Nativisme, yakni Sakti (2019) yang berpendapat bahwa aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan seperti pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Teori ini memiliki tujuan yang diantaranya; Menemukan bakat terpendam yang dimiliki, Mengasah kompetensi diri sehingga menjadi ahli, dan Memotivasi tiap individu untuk menentukan sebuah pilihan. Dalam teori nativisme ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia, diantaranya faktor genetic, faktor kemampuan anak, dan faktor pertumbuhan anak. Selanjutnya terdapat implikasi teori nativisme dalam pendidikan psikologi, terbagi menjadi empat; pesimisme pedagogis, peran bakat dan keterampilan, rekruitmen peserta didik, dan keterbatasan lingkungan

Teori Konvergensi

Teori ini dipelopori oleh seorang filosof serta psikolog jerman, yakni William Stern (1871-1938). Menurut teori konvergensi seorang anak dilahirkan dengan sifat baik dan buruk. Menurut William Sterm, pendidikan berpaut pada hereditas anak dan juga lingkungan sekitar, hal tersebut dikarenakan heredita dan lingkungan seperti dua hal yang memiliki tujuan yang sama. Dalam teori ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.

Para penganut teori ini, mereka berkeyakinan bahwa fakta pembawaan maupun faktor lingkungan memiliki andil yang sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Salah satu psikologi amerika yakni Sartain, membagi lingkungan yang mempengaruhi individu menjadi tiga bagian, yakni; lingkungan alam luar, lingkungan dalam, dan lingkungan sosial atau masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun