Mohon tunggu...
FATTAH AR ROOFINATA
FATTAH AR ROOFINATA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Melalui lensa pena yang tajam, kita mengukir narasi dan menggali makna di balik setiap garis kata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siapa yang Bisa Merekayasa Netizen Indonesia?

25 Juni 2024   16:29 Diperbarui: 25 Juni 2024   16:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Footage gabungan dari dunia maya/edit pribadi

Namun, bagaimana jika ada pihak yang bisa menghancurkan keviralan itu? Sangatlah jenius orang yang bisa menjadikan sesuatu yang viral menjadi tidak viral. Karena sesuatu yang viral di media sosial khususnya, sangatlah sulit untuk ditutupi. Satu sekenario yang terpikirkan adalah dengan menjadikan berbagai kasus viral secara bersamaan. Jika dalam satu periode ada banyak kasus yang viral, iu menjadikannya tidak viral lagi.

Coba kita analogikan begini, ketika uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak, itu membuat uang menjadi tidak bernilai, ini kita sebut sebagai inflasi. Sama halnya dengan keviralan. Jika terlalu banyak yang viral itu menjadikannya tidak bernilai keviralan itu. Itu sama arti dengan tidak viral. Atau inflasi viral.

Mungkin bagi beberapa ornag analogi itu cukup sulit dipahami. Begini untuk lebih mudahnya. Jika ada berita viral dalam satu periode berita itu akan saling menutupi satu sama lain. Kita sebagai pembaca juga akan kesulitan untuk mengikuti semua kasus yang viral itu. Dalam kajian psikologis orang cenderung lebih mementingkan isu/berita berdasakan kemudahan mengingatnya. Ketika banyak berita dengan berbagai kompleksitasnya muncul secara bersamaan, orang akan malas untuk terus mengikutinya secara intensif. Sehingga ini memungkinkan untuk suatu pihak membuat satu sekenario ini agar sesuatu yang viral menjadi tidak viral demi kepentingannya.

Saya sudah mengumpulkan beberapa hal yang viral belakangan untuk memperkuat argumen ini : 1. Kasus Vina Cirebon; 2. Korupsi 271 Triliun; 3. Keputusan MA soal batas pencalonan kepala daerah (kaesang memiliki kesempatan maju jadi gubernur.); 4. Korupsi emas ANTAM 100 ton; 5. RUU POLRI; 6. RUU TNI; 7. Izin tambang ormas; 8. Densus 88 buntuti Jampidu; 9. Tanah adat papua digusur untuk sawit; 10. RUU penyiaran; 11. TAPERA.

  • Pikiran Nakal Sebagai Penutup. 

Sebenarnya kasus yang saya sebutkan di atas semua memiliki kaitannya dengan kepentingan publik. Sesuatu yang menyangkut kepentingan publik seharusnya tidaklah ditutup-tutupi dengan cara apapun. Apalagi di negara demokrasi ini. Ini hanya pikiran nakal saya, bagaimana jika ada pihak dari pemerintahan merekayasa keviralan untuk menghindar dari kritik dan penolakan masyarakat? Itu akan menjadi berbahaya jika kita tidak bisa menyuarakan pendapat di negara demokrasi ini. hilang sudah nilai-nilai sakral demokrasi jika ini benar adanya.

Namun saya akui pihak ini sangat jenius. Dia bisa mengalahkan kerumitan dari rumus algoritma yang tertanam di berbagai platfrom daring. Sehingga mempengaruhi jutaan pikiran manusia yang berada di bumi pertiwi ini untuk segala kepentingannya.

Sekian yang bisa saya tuliskan dalam artikel ini. Tulisan ini saya tulis dengan segenap keresahan yang saya rasakan. Semoga apa yang sudah terpikirkan bukanlah kenyataan dan semoga ini dibaca secara keseluruhan. Terima kasih.

Sumber-Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun