Mohon tunggu...
FATTAH AR ROOFINATA
FATTAH AR ROOFINATA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Melalui lensa pena yang tajam, kita mengukir narasi dan menggali makna di balik setiap garis kata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siapa yang Bisa Merekayasa Netizen Indonesia?

25 Juni 2024   16:29 Diperbarui: 25 Juni 2024   16:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Footage gabungan dari dunia maya/edit pribadi

  • Pengantar Singkat (media, maya, dan masyarakat).

Sekarang ini dunia maya menjadi tempat menghabiskan waktu bagi banyak masryarakat di seluruh dunia. Di lansir dari detik.com, rata-rata manusia di bumi menghabiskan waktu enam jam untuk bermain ponsel. Ini bisa kita artikan bahwa sudah secara masif masyarakat cyber untuk saat ini membaca WhatsApp, menonton video pendek di TikTok, Dan Membaca berita di Detik.com. itu menjadi bagian dari hidup mereka.

Masyarakat cyber memperoleh informasi sebagian besar dari media-media itu. Tak jarang ada beberapa informasi/berita yang disukai banyak masyarkat. Ini kadang menjadikannya informasi/berita itu menjadi trending di beranda banyak orang. Sering peristiwa ini kita sebut dengan berita viral.

Suatu hal yang viral menjadikannya pusat perhatian bagi banyak masyarakat. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat unutuk berbagai hal yang positif, apalagi dalam konteks kita bernegara secara demokratis. Kenapa bisa seperti itu? Mari kita bahas.

  • Viral Untuk Mengawal.

Indonesia adalah negara demokrasi, kebebasan pendapat sangat dijunjung tinggi di sini. Untuk mneyuarakan pendapat banyak cara yang bisa dipakai. Demo di tengah kota ataupun membuat video dan mempostingnya di media elektronik. Dengan harapan hal itu didengar oleh pemerintah dan memberikan kebijakan yang selayaknya.

Kebijakan maupun kasus yang dibuat atau yang bersangkutan dengan pemerintahan harus kita kawal. Ini untuk kebaikan bersama di negara yang berorientasikan kesejahteraan rakyat. Era digital saat ini pengawalan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemerintah sering kita kawal dan kritisi lewat media sosial.

Tabungan Perumahan Rakyat (TAPERA) kebijakan baru yang belum lama ini viral karena berbagai kontroversinya. Kewajiban untuk menyetorkan 3% dari gaji untuk mendapat kemudahan KPR. Itu menjadi inti dari kebijakan ini. Tentu ini menyulut penolakan secara masif oleh banyak masyarakat. Siapa yang mau uangnya diambil secara paksa untuk bangun rumah, padahal tidak semua orang butuh rumah.

Nmaun satu keviralan ini hanyalah secuil bagian dari seluruh sekenario yang mungkin bisa terjadi. Karena jika semua viral, itu sebenarnya tidak viral.

  •  Jika Semua Viral, Itu Sebenarnya Tidak Viral.

Tingkat Kepercayaan masyarakat indonesia terhadap hukum tidaklah tinggi. Pada 2023 Transparency International mempublikasikan Indeks Presepsi Korupsi di Indonesia hanyalah menapat skor 34 dari 100. Menempatkan indonesia di urutan 110 dari 180 negara. Ini menjadi bukti bahwa masih rendah tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan.

Ini mengakibatkan enggannya masyarakat untuk melaporkan kasus kepada pihak berwajib agar segera ditangani. Masyarakat indonesia lebih memilih untuk diviralkan saja agar kasus yang di angkat bisa segera ditangani. Hingga banyak tagar seperti #noviralnojustice bertebaran di media sosial. Dan akhirnya banyak kasus yang segera ditangani karena viral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun