Mohon tunggu...
FATTAH AR ROOFINATA
FATTAH AR ROOFINATA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengartikan Asap Sampah Melalui Lensa Teori Lewis A Couser

31 Oktober 2023   18:31 Diperbarui: 31 Oktober 2023   18:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore hari tetangga saya menyapu daun-daun yang berserakan di halaman rumahnya. Dia mengumpulkan sampah-sampah daun di pinggir pekarangan rumahnya  yang itu dekat dengan rumah saya. Kemudian tetangga saya membakar sampah daun itu. Daun yang dibakar itu menimbulkan asap yang sangat banyak dan cukup pekat. Ayah saya  yang  sedang duduk di teras merasa terganggu dengan asap sampah yang dibakar oleh tetangga say aitu ksrena asapnya smpai di rumah saya. Ayah saya akhirnya berkomflik dengan tetangga saya itu. ayah saya mendatangi tetanga saya  yang masih menunggu sampah yang dia bakar, lalu ayah memperigatkan tetangga saya apabila sampah daun jangan dibakar melainnkan ditimbun di tanah saja. Di lain hari  saya melihat tetanga saya membuat lubang ditanah. Dan kemudian lubang itu pun digunakan untuk mengumpulkan sampah daun.

Peristiwa di atas menurut saya merupakan contoh dari teori konflik yang dekemukakan oleh Lewis A Couser. Karena dalam kasus di atas, ayah saya yang berkonflik dengan tetangga saya perihal masalah pengelolaan sampah, menjadikan tetangga saja lebih bijak dalam pengelolaan sampah. Dari yang tadinya dibakar dan menimbulkan pencemaran udara, setelah berkonflik dengan ayah saya, ada perbaikan kearah yang lebih positif mengenai pengelolaan sampah. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan Lewis dengan berkonflik akan menjadikkannya sebagai sistem penyeimbang. (balancing system). (Couser, 1957).

Saya mengetahui teori konflik Lewis A Couser dari jurnal Al-Hikmah, yang di tulis oleh M. Wahid Nur Tualeka, dengan judul Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern. Dalam teori konflik Lewis A. Coser, konflik dpat diartikan sebagai suatu proses yang memainkan peran penting dalam membentuk, menyatukan, dan menjaga struktur sosial di massyarakat. Konflik terjadi ketika ada pertentangan antara dua kelmpok atau individu, dan menurut Coser, ini tidak selalu negatif. Sebaliknya, konflik dapat memiliki fungsi positif, seperti memperkuat identitas kelompok dan mencegah peleburan identitas ke dalam masyarakat sekitarnya. Dalam situasi konflik, terdapat dua jenis, yaitu konflik realistis yang muncul dari kekecewaan terhadap tuntutan khusus, seperti mogok kerja untuk kenaikan gaji, dan konflik non-realistis yang tidak berasal dari tujuan saingan, melainkan untuk meredakan ketegangan. (Tualeka, 2017)

Lewis A. Coser lahir pada 27 Agustus 1913 dan dia adalah seorang ahli sosiologi Amerika yang terkenal dengan pemikiran tentang konflik. Awalnya, dia hrus melarikan diri dari Jerman Nazi dan pindah ke Amerika Serikat. Pengalamannya sebagai pengungsi dan pengamatannya terhadap prubahan sosial di Eropa berpengaruh besar terhadap cara dia memikirkan masyarakat. Coser sangat dipengaruhi oleh pemikiran Emile Durkheim dan Georg Simmel, terutama pandangan Simmel tentang konflik seebagai hal yang penting untuk menjaga kestabilan sosial. Dalam karyanya yang terkenal, "The Functions of Social Conflict," dia menekankan bahwa konflik, jika dikelola dengann baik, bisa memiliki dampak positif dalam membentuk dan menjaga keteraturan masyarakat. Ide-ide Coser membantu kita memahami bagaimana konflik dapat berperan penting dalam kehidupan sosial dan menjadikannya salah satu tokoh utama dalam pengembangan teori konflik dalam sosiologi.

Dari sini dapat kita rangkum bahwa cerita tentang konflik antara ayah saya dan tetangga mengenai pembakaran sampah daun, dapat disimpulkan bahwa konflik tdak selalu buruk, tetapi bisa membawa perubahan positif. Ayah saya yang mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap asap sampah yang dibakar berhasil mendorong tetangga untuk mencari soolusi yang lebih baik dengan membuat lubang tanah untuk mengumpulkan sampah. Ini mengingatkan saya pada konsep Lewis A. Coser tentang konflik sebagai mekanisme penyeimbang yang dpat membawa perubahan konstruktif dalm masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, konflik dapat menjadi jalan menuju pemahaman dan perbaikan, seperti yang terjadi dalam kisah antara ayah saya dan tetangga. Jadi, penting bagi kita untuk melihat konflik sbagai peluang untuk memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dan membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Referensi :

Tualeka, W. N. (2017). TEORI KONFLIK SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN. Al-Hikmah, 32-48.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun