Mohon tunggu...
Fatris MF
Fatris MF Mohon Tunggu... profesional -

Lelaki bersahaja ini mengisi hari-harinya dengan membaca dan minum kopi. Bekerja sebagai pendongeng yang berpindah dari satu pulau ke pulau lain di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Taman

8 Desember 2012   06:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:00 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kau telah membangun taman di depan kontrakan.

Menanam tumbuhan yang tak pernah berbunga dan berbuah, dan tak kunjung besar. Dulu bapakmu sering mengutuk tumbuhan sejenis itu. Tak berguna, katanya. Tapi kau ingin sekali membangun taman kecil buat anak lelakimu yang belum juga kau beri nama. Kelak kita akan memperhitungkan nama yang tepat buat lelaki sepertimu, katamu, suatu kali pada anakmu yang baru bisa menangis.

Aku salut dengan hobimu: bertaman.

Seorang teman berdecak kagum padamu dari atas mobilnya yang tak juga laku terjual. Hobi lelakikota, yang kaya. Ia berkata dengan mimik serius bersama letupan ingus. Kamu meminta rokoknya sebatang yang sebesar lidi sapu yang dipakai istrimu menyapu air di selokan hitam samping rumah. Rokokmu kecil sekali, katamu. Ini rokok green peace, katanya. Asap mengepul di udara.

(Sawahan, Januari 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun