Teriring penyesalan yang dalam, Erna, kekasihmu.
Begitulah pesan yang ia kirimkan. Berharap sang kekasih dapat memahami penderitaannya ini. Bahwa rambutnya telah hilang dan rasanya aneh jika Gafur menepuk-nepuk kepalanya yang botak.
Namun, pesan itu tidak kunjung centang biru. Ada apa? Apakah Gafur telah tahu bahwa dia digunduli sehingga jijik padanya? Tidak, ini memalukan! Erna merasa marah atas apa yang terjadi padanya.
Sejak itupula Gafur tidak ada kabar. Berita terakhir adalah dia kedapatan maling kambing di malam Sabtu dan tidak kunjung muncul hingga sekarang. Mungkin telah terdampar di tanah rantau.
Erna merindukannya. Dari kepala botak hingga rambutnya sebahu, ia masih menunggu Gafur. Berharap yang dia cinta akan segera pulang. Kalaupun begitu, ia akan teramat bahagia.
Namun, Erna yang sering menyalahkan keluarganya, suatu hari murka pada Gafur setelah tahu bahwa kambing yang digadang-gadang telah dibawa kabur oleh Gafur adalah kambingnya yang dipelihara oleh sepupu. Akhirnya ia sadar dari guna-guna, begitu pikir keluarganya.
Bagi Erna, Gafur teramat memalukan. Kalaulah ia ingin kawin lari, ajaklah Erna, bukan malah mengajak kambingnya. Mungkinkah baginya Erna dan kambing itu tiada bedanya?
Sejak itu Erna benci mendengar nama Gafur. Lalu ia menggunduli lagi kepala sendiri, sebab  baginya, rambutnya yang tumbuh adalah bukti cintanya pada Gafur. Ia ingin melenyapkan barang bukti terakhir itu, bahwa dia pernah mencintai pria cukup tampan yang membawa kabur kambingnya itu sebelum malam minggu yang gagal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H