Mohon tunggu...
fatrisia
fatrisia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Cerita fiksi. Ig @inifatrisia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biarlah Kita Seperti Ini Saja

10 September 2024   18:31 Diperbarui: 12 September 2024   18:31 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya udah aku nggak bakal pergi malam ini."

Putri menatap tajam Abi, lelaki keras kepala yang malah tersenyum lembut padanya. Sepertinya Abi bersyukur bahwa wanita di depannya ini masih mau menatap wajahnya. Putri terdiam. Wajah Abi terlihat lebih dewasa dari tiga tahun lalu, meski tatapannya itu masih sama. Hal yang kemudian membuat Putri tersadar untuk memalingkan pandangan.

Sementara Abi tetap diam tanpa perlawanan. Dia menatap Putri yang berlalu pergi tanpa sepatah kata. Seperti janjinya dia tidak akan beranjak dari sana. Walaupun hujan turun dan badai mengombang-ambing perasaaannya. Sayangnya malam itu terlalu cerah dan bulan tampak jelita sehingga sangatlah tidak mungkin akan ada adegan seperti itu.

Dia teringat tiga tahun lalu saat hubungannya dengan Putri terasa menekannya. Dia mencintai wanita itu, tapi dia juga kebingungan bagaimana cara menghadapinya. Putri ingin dimengerti padahal dia tidak ingin bercerita. Dari waktu ke waktu Abi dibuatnya seperti gagal dalam komunikasi. Hingga kemudian Abi memilih jeda. Dia pamit secara baik-baik, meminta jeda dan bahkan berjanji untuk kembali andai Putri bersedia menunggu dan tidak berpaling ke lain hati. Memang wanita itu belum juga mendapat penggantinya, tapi rupanya hatinya telah tawar. Abi jadi bingung.

Di dalam kamarnya Putri kembali membiarkan egonya menang. Sama sekali tidak peduli jika ada yang berlagak seperti pahlawan padahal kemarin meninggalkannya yang hampir sekarat oleh kecewa yang dia tanggung seorang diri.

Hingga malam-malam berikutnya usaha Abi tidak kunjung menemukan titik terang. Semuanya terasa serba salah. Putri tidak kunjung membuka pintu rumahnya. Itu malam terakhir sesuai keputusan Abi, bahwa dia tidak akan mengejar Putri lagi jika wanita itu tidak datang padanya. Benar saja, Putri tidak kunjung muncul. Abi perlahan berbalik pergi, disaksikan oleh tangisan sedih sepasang mata yang selama ini terus menatapnya lewat celah gorden jendela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun