"Aku tidak."
"Kenapa kamu kayak gini, Put?" lirih Abi.
"Kamu yang kenapa kayak gini? Datang ke rumah orang malam-malam nyari keributan. Tiga tahun yang lalu nggak cukup buat nyakitin aku dan sekarang kamu balik lagi?" Putri menggeleng heran. Dia bersidekap dada dan menoleh pada jalanan sepi. Sejujurnya dia tak berani kontak mata dengan sang mantan.
"Aku pergi karena pengen jeda sebentar aja, Put. Aku bahkan janji untuk datang lagi. Kenapa mendadak kamu nggak mau ketemu? Aku udah susah payah nyari alamat kamu selama bertahun-tahun dan setelah dapat bahkan harus berjuang lagi karena kamu berubah. Ada apa sih, Put? Jelasin apa yang harus aku lakuin untuk nebus semuanya. Aku selalu cinta kamu, Put." Abi bahkan tak sadar dia berbicara dengan intonasi yang tergesa-gesa.
"Kamu masih cinta aku juga, kan?" Abi bertanya lagi dan menemukan kekosongan. Putri terlihat enggan bicara, hanya kepalanya yang menggeleng.
Abi meringis lantas tertawa sumbang. Demi apa pun matanya berkaca-kaca. "Tidur, Put. Besok aku datang lagi."
"Jangan."
"Lusa aja."
"Nggak boleh."
"Tiga hari lagi."
"Nggak ada penawaran."