Mohon tunggu...
fatrisia
fatrisia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis dan Editor Lepas

Random thoughts. Ig @inifatrisia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seribu Cara Mengejarnya

22 Juni 2024   21:22 Diperbarui: 22 Juni 2024   21:23 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejak awal menginjakkan kaki di gedung fakultas, sungguh aku telah cinta pada anak tangga paling ujung menuju lantai tiga. Di situlah perjuangan terakhir mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris sebelum akhirnya merdeka dari napas yang ngos-ngosan, serasa baru saja berjuang hidup dan mati padahal hanya melewati undakan tangga. Namun, bukan karena itu alasannya jadi istimewa, melainkan di situlah pertama kalinya aku bertemu dia.

Gadis itu ... aku tak pernah melihatnya bahkan saat ospek jurusan. Mungkin saja aku yang terlalu tak acuh. Olehnya aku sangat berterima kasih pada anak tangga menuju lantai tiga. Waktu itu dia yang ternyata seangkatan denganku sedang buru-buru, takut terlambat masuk kelas hingga tak sengaja kami bertubrukan.

Tidak ada yang jatuh selain hatiku terhadapnya. Dia tampak polos meminta maaf berulang kali sebelum akhirnya berlari naik ke atas. Tingkahnya menimbulkan debaran aneh di dada. Sejak saat itu kuputuskan untuk mengejarnya.

Kami beda kelas, satu semester aku berusaha mati-matian mengakrabkan diri dengan teman sekelasnya hanya agar bisa ke kelasnya dan berusaha cari perhatian. Satu semester pula usahaku sia-sia. Dia bahkan tak pernah melirikku.

Namanya Ranisa, gadis berkulit hitam manis dengan postur tinggi. Ranis, begitulah dia disapa, tipe orang yang tidak menonjol. Dia bahkan menghindari keramaian. Aku semakin susah menggapainya.

Di semester-semester selanjutnya aku mengontrak mata kuliah di kelas yang sama dengannya. Meski hanya bisa puas pada status teman. Setidaknya kami mulai dekat. Setidaknya aku juga tahu bahwa dia tidak punya pacar.

Di semester enam ini, aku berencana mengungkapkan perasaanku.

"Nis, kamu ingat kapan pertama kali kita ketemu?" tanyaku.

Ranis tampak berpikir. Kami sedang berada di koridor kelas. "Pas aku nggak sengaja nabrak kamu di tangga, kan? Soalnya kalau versi aku, sebelumnya aku udah kenal kamu, siapa sih yang nggak kenal Andra si mahasiswa baru paling cool abis?" Dia tertawa renyah.

"Kamu harus percaya kalau aku udah suka ke kamu sejak detik itu sampai sekarang."

Ranis terdiam. Aku segera berbesar hati, berkata bahwa aku tidak menuntut apa pun. Bahkan memaklumi bahwa dia ternyata tak punya perasaan apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun