Mohon tunggu...
fatrisia
fatrisia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Menulis fiksi ringan sebagai hobi selingan. Ig @inifatrisia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secuil Kisah dari Koleksi Hujan

14 Juni 2024   22:59 Diperbarui: 14 Juni 2024   23:20 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kata Dermaga, dia dulu pernah jatuh cinta pada seseorang yang pernah memberinya pulpen itu. Dia lalu mengaguminya meski tidak berani menggapainya. Dia bahkan tidak berani sekadar mengucapkan semangat ketika suatu momen dia melihat gadis itu menangis. Jadilah gambar itu berkisah tentang cinta monyetnya.

Aku lalu menyadari satu hal, bahwa kami memiliki kesamaan lagi. Pernah mengagumi orang karena kebaikan kecilnya yang bagi kami itu sangat spesial. Aku merasa beruntung sebab aku berhasil lepas dari rasa yang kubiarkan cukup menjadi cerita di masa lalu. Tidak seperti Dermaga, yang katanya masih berharap gadis itu datang lagi padanya. Meski katanya kali ini dia bukan lagi dermaga yang hanya akan menunggu, tapi dialah dermaga yang akan membuat kapal itu datang lagi. Dia begitu semangat saat bercerita dan agak malu-malu.

Ini cukup lucu bagiku. Berhubung aku penulis, maka akan kukisahkan dia dalam sebuah cerpen, bahwa di momen hujan ada lelaki optimis yang ingin mengejar cinta masa lalunya. Tak lupa setting suasananya yang hujan. Biarlah pembaca akan mengamuk sebab tulisanku selalu tentang hujan, kalaupun banjir, itu sudah takdir.

Aku dengan sok bijak mengomentari bahwa seharusnya dia move on. Barangkali pulpen itu tidak berarti bagi si gadis tersebut dan Dermaga hanya terlalu meromantisasi. Sama sepertiku yang meromantisasi payung pemberian seseorang di masa lalu. Namun, kali ini aku kaget sebab Dermaga sadar bahwa gadis itu memang tidak menyadari rasa cintanya. Tidak sadar bahwa berkat pulpen itu ada seseorang yang akhirnya menyukainya bertahun-tahun. Rupanya Dermaga ini lelaki yang begitu optimis.

Selepas hujan itu kami berpisah dan aku pun menceritakan Dermaga di cerpenku. Berharap si gadis pulpen itu membacanya dan mereka berakhir bahagia.

Aku suatu waktu diundang Dermaga untuk mampir ke galerinya. Itu ucapan terima kasih, rupanya dia membaca cerpenku itu.

Karya-karyanya didominasi oleh lukisan tentang hujan. Kukira itulah kesamaan kami, teramat menyukai hujan. Hingga sampailah aku pada karya terbaiknya, si pulpen yang menangis. Ternyata jika dilihat langsung, lukisan itu lebih menarik dan aku jadi tidak ragu lagi mengapa ini bisa disebut karya terbaiknya. Sentuhan tangan yang sempurna dengan kisah yang tidak kalah sentimental.

Di bawah karya itu ada sebuah nama. Meski tidak memakai kacamata, aku harus sedikit mendekat agar bisa membacanya, sebab warna tulisannya agak pudar dan kecil. Di sana tertulis Nada Gerimis. Aku terkejut. Kutatap Dermaga. Aku jadi teringat bocah ingusan saat SMP yang pernah kuberi pulpen sebab ketika kami berada di warung yang sama, penjual berkata padanya bahwa stok pulpen sudah habis dan aku tanpa ragu memberi pulpenku pada bocah itu. Aku sungguh kaget. Bagaimana bisa  takdir se-plot twist ini?

Dermaga hanya tertawa renyah. Katanya, dia menagih ending dari cerpen yang kutulis. Bahwa dia dan si gadis pulpennya akan bertemu dan jatuh cinta lalu hidup bersama selamanya. Aku tertawa, kebaikan ternyata akan selalu berbunga yang indah, yang kadang kita hanya terlalu fokus pada bunga yang sejak awal memang tidak bisa tumbuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun