Mohon tunggu...
Fatrin Budiman
Fatrin Budiman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya Seorang Freelance Desain Grafis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penyesalan Sang Penyair

16 September 2012   00:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:24 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dalam dunia fanah yang kurasakan perbedaan yang mendalam tapi tak bisa ku sadar membawa semua kenangan kini terhenti dan banyak munafik tak terkira menyedihkan benar…………………kah ini tak luput semua sejarah terlewat menanti ajal dujung langit dan dunia terasa bungkam lama tersapu kepahitan dari debu-debu yang kian hari bertambah banyak, umur tua kini menggerogoti ku menjadi bahan baku kepudaran,meredup meski diatas langit dan gunung, perihnya……………………….. mereka memandangnya kita …………..???? terlalu sempit untuk sampai kedunia berbeda, tangis pun jadi kian terasa maaf tak termaaf jika bisa tolong hamburkan kesenangan tanpa jadi hina dan terhormat yang hina terlalu bungkam yang terhormat terlalu sombong letih hati keras sekeras baja namun lelehan lahar kan menghapusnya harus…………………….. aku…………………….. meratap di ujung dedaunan yang tipis ataukah terus melangkah dibawah jeruji debu-debu silam menajam menusuk wah senang apakah senang ku begini..?? “semu persimpangan jalan tua” ha.. ha.. aku tertawa wha.. kita rasa pintar terulang ulang perkataan ku inilah aku mampukah aku sampahkah hii… kutahu diujung pena ku tulis banyak cerita namun fiksi bukan kenyataan mengejar komersial ………..??? duh..duh.. lagi lagi manana otak inikah dia pikir tak sesuai dengan diriku yang dulu akan kah berubah sepert……………..i ini tidak-tidak tak mungkin ya ya inilah yang terjadi dan terus berlanjut jangan kutulis ini selalu komersil aku masih tak termaaf kapan selesaikah aku usaha yang terjadi serpihannya tetap membelenggu lah.. lah.. sampaikah ke “tengoku” ohh lama pasti apakah debu ini kan hilang semogah terjadi walaupun aku terbenam bruuuk… jatuh hilang lupakanlaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah… aku minta lupakanlaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah…. nada-nadanya fewgiyw’efo’ftue’orogvp7e7bgyeqfueqf7tef7tyf7etfteftqefttt7yto[iiiiiii iiiiiiiiioiw3rpei 0i90ei9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun