Mohon tunggu...
Fatratul Imroini
Fatratul Imroini Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswi

Fatratul Imroini

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengertian Filsafat Aliran Rekonstruksionisme dan Tokoh-tokoh Aliran Rekonstruksionisme

28 Mei 2020   19:37 Diperbarui: 14 Juni 2021   17:23 8523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualikum wr wb

Disini saya akan menjelaskan tentang filsafat pendidikan aliran rekontruksionisme beserta pemikiran tokoh-tokohnya.

1.Pengertian Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme berasal dari kata Rekonstruksi, tersusun dari dua kata "Re" yang artinya kembali dan "konstruk" yang artinya menyusun. Jika keduanya digabungkan maknanya menjadi penyusunan kembali. 

Dalam filsafat pendidikan rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berupaya merombak tata susunan lama dan juga tata susunan hidup kebudayaan yang mempunyai corak modern serta menjadi kesepakatan antar manusia.

Baca juga : Pendidikan Rekonstruksionisme

2.Pemikiran Tokoh Rekonstruksionisme

a. George Counts (1889-1974)
George Counts mengembangkan pendekatan baru terhadap pendidikan. Pokok pikiran George Counts yaitu mengajak para pendidik untuk membuang mentaliatas budak, agar berhati-hati dalam mengumpulkan kekuatan dan  berjuang membentuk sebuah tatanan sosial baru yang didasarkan pada sistem ekonomi kolektif dan juga prinsip demokratis.

b. Caroline Pratt (1867-1954)
Caroline Praty mengungkapkan idenya dari Friedrich Froebel tentang sesuatu yang bisa memberikan anak-anak kesempatan untuk mewakili dunia mereka. Ia juga merancang sebuah unit blok yang menjadi bahan dasar di sekolah yang ada di Amerika Serikat.

Baca juga :Arti Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme dan Pemikiran Tokohnya

c. Paulo Freire (1921-1997)
Ide-idenya tentang pendidikan dan menganalisis masalah pendidikan yang  berkaitan  dengan politik pemerintah yang menjadikan masyarakat bawah sebagai kaum yang tertindas. Tujuan pendidikan tersebut adalah  penyadaran,  bukan teknik untuk menyalurkan atau untuk pelatihan ketrampilan, melainkan merupakan proses dialogis yang mengantarkan seseorang  secara bersama dalam memecahkan masalah eksistensial mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun