2. Artikel penuh huruf besar dan tanda seru.
3. Merujuk ke kejadian dengan istilah kemarin, dua hari yang lalu, seminggu yang lalu, tanpa ada tanggal yang jelas.
4. Ada link berita akan tetapi waktu ditelusuri berita yang ada berbbeda atau malah link sudah mati. Pada bebearpa kasus link berita yang disediakan sangat umum, misalnya mui.or.id, kompas.com, google.com tanpa disertai link langsung ke beritanya.
5. Link berita yang disediakan menunjuk pada artikel yang merupakan opini seseorang, bukan fakta.
Langkah kedua, carilah kebenaran berita tersebut melalui google dengan cara mengetikkan tema berita yang akan di cek secara spesifik, diikuti dengan kata hoax di belakangnya. Â Contoh berita hoax yang pernah beredar yaitu tentang 19 jenis minuman yang menyebabkan pengerasan pada otak. Coba cari di google dengan mengetik berita tersebut diikuti dengan kata hoax. Maka kita akan menemukan penjelasan secara ilmiah bahwa berita tersebut adalah hoax atau tidak.
Langkah ketiga ini untuk mengecek gambar yang disebarkan berupa gambar hoax atau bukan. Cara yang harus dilakukan dengan menyimpan gambar kemudian cari gambar sejenis di image google dengan cara mengunggah gambar tersebut, dari hasil pencarian kita bisa tahu gambar tersebut hoax atau bukan. Cara ini bisa dipelajari di https://www.google.com/intl/en-419/insidesearch/features/images/searchbyimage.html .
Langkah keempat tanyakan kepada seseorang yang lebih mengetahui tentang masalah yang menjadi pokok berita tersebut, khusus untuk anak-anak sebaiknya menanyakan segala berita yang didapat di media sosial kepada orangtuanya.
Selain itu kita sebagai orang tua harus berperan aktif  memberi penjelasan kepada anak-anak kita untuk bijak dalam menggunakan media sosial serta  hati-hati ketika mendapatkan artikel dan gambar yang disebarkan di media sosial.
 #antihoax #marimas #pgrijateng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H