Mohon tunggu...
Fatmawati
Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UNS

Saya adalah mahasiswa UNS dengan program studi Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia, semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis dan tentunya sejalur dengan prodi yang saya ambil.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Analisis Wacana Kritis di Abad ke-21: Mengurai Makna di Balik Kata-kata

1 April 2024   19:58 Diperbarui: 1 April 2024   19:59 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital yang dipenuhi dengan informasi dari berbagai sumber, kemampuan untuk memahami dan menginterpretasi makna di balik kata-kata menjadi semakin penting. Analisis Wacana Kritis (AWK) adalah pendekatan yang membantu kita memahami bagaimana bahasa digunakan untuk menciptakan makna, kekuasaan, dan ideologi dalam suatu teks.

Pentingnya analisis wacana kritis di abad ke-21 terletak pada kemampuannya untuk membantu kita membongkar narasi-narasi yang mungkin mengandung bias atau manipulasi. Dengan menggunakan analisis wacana kritis, kita dapat melihat lebih jauh dari sekadar kata-kata yang terpampang di layar atau kertas, dan memahami pesan yang sebenarnya ingin disampaikan.   Contoh penerapan analisis wacana kritis yang relevan adalah ketika kita mengamati berbagai teks di media sosial. Banyak dari teks-teks ini tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga berusaha memengaruhi opini, membangun citra, atau bahkan mengubah pandangan kita terhadap suatu hal. Dengan analisis wacana kritis, kita dapat melihat bagaimana bahasa digunakan untuk menciptakan dampak psikologis atau sosial tertentu pada pembacanya.

Contoh nyata dari analisis  wacana  kritis  terhadap berita pemilihan umum. Pemilihan umum adalah saat di mana masyarakat memilih pemimpin dan wakilnya. Dalam proses ini, media massa memiliki peran penting dalam membentuk opini publik. Melalui analisis wacana kritis, kita dapat mengungkap bagaimana media massa merepresentasikan pemilihan umum dan memengaruhi pemirsa. Dalam analisis terhadap berita-berita pemilihan umum, ditemukan beberapa temuan menarik. Pertama, ada kecenderungan media untuk memperkuat narasi tentang persaingan sengit antara kandidat, yang sering kali dipresentasikan sebagai pertarungan antara dua pihak yang berlawanan. Hal ini dapat memengaruhi persepsi masyarakat tentang pemilihan umum sebagai pertarungan antara "kubu A" dan "kubu B", tanpa mempertimbangkan nuansa atau alternatif lain.

Kedua, media massa cenderung memberikan porsi yang tidak seimbang terhadap kandidat atau partai tertentu, dengan memberikan liputan yang lebih banyak atau lebih positif pada satu pihak daripada yang lain. Hal ini dapat memengaruhi persepsi masyarakat tentang popularitas atau keberhasilan suatu kandidat atau partai.  Ketiga, dalam framing cerita, media massa cenderung menggunakan narasi yang dramatis atau kontroversial untuk menarik perhatian pembaca, bahkan jika itu berarti memperbesar masalah atau konflik yang sebenarnya kecil. Hal ini dapat memengaruhi persepsi masyarakat tentang seriusnya isu-isu yang dibahas dalam pemilihan umum.

Namun, penting untuk diingat bahwa analisis wacana kritis juga memiliki batasan. Tidak semua teks memiliki agenda tersembunyi atau berniat memanipulasi. Beberapa teks mungkin hanya bermaksud memberikan informasi yang jelas atau menghibur. Oleh karena itu, penggunaan analisis wacana kritis harus bijaksana dan tidak terlalu skeptis terhadap setiap teks yang kita temui.

Dengan memahami dan mengaplikasikan analisis wacana kritis, kita dapat menjadi pembaca yang lebih cerdas, kritis, dan waspada terhadap berbagai narasi yang kita temui di kehidupan sehari-hari. Kita tidak hanya sekadar menerima informasi mentah, tetapi juga mampu membaca di antara baris, memahami konteks, dan menggali makna yang lebih dalam dari setiap teks yang kita temui. Dengan demikian, analisis wacana kritis menjadi alat penting dalam membentuk pemahaman kita terhadap dunia yang semakin kompleks ini.

Penulis

Fatmawati & Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Mahasiswa & Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun