Di jalan tanah merah yang sunyi,Â
Langkahku terukir dalam keheningan,Â
Setiap jejak menyentuh bumi yang lembut,Â
Menyisakan debu yang perlahan terbang, hilang, dan terlupakan.Â
Di kiri-kanan, pepohonan berdiri diam,Â
Tak ada suara selain desah angin yang merayu,Â
Di bawah rimbun dedaunan, kenangan datang,Â
Seperti bayang-bayang yang tidak pernah benar-benar hilang.Â
Jalan ini, yang dulu penuh tawa,Â
Sekarang terasa sepi, tanpa kaki yang berlarian, Â
Hanya suara alam yang menemani,Â
Seperti teman lama yang enggan pergi.Â
Tanah merah ini telah menyaksikan banyak cerita,Â
Cinta, perpisahan, dan janji yang tak ditepati,Â
Namun tak ada yang bisa mengubahnya,Â
Ia tetap menjadi saksi, meski semuanya berlalu begitu cepat.Â
Langkah sepi di jalan ini adalah perjalanan,Â
Kembali ke masa yang pernah ada,Â
Ke tempat yang pernah kita sebut rumah,Â
Di jalan tanah merah, aku menemukan kembali bagian dari diriku yang hilang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H