mAda luka yang tak terlihat mata,Â
Mengendap di balik senyum dan tawa.Â
Ia hadir sebagai kenangan pahit,Â
Menggores jiwa, melukai semangat.Â
Namun, luka bukan akhir cerita,Â
Ia hanya tanda bahwa kita pernah merasa.Â
Meresapi sakit, menghadapi badai,Â
Adalah langkah menuju cahaya damai.Â
Aku menerima luka dengan sepenuh hati,Â
Tanpa mengusir, tanpa menyembunyi.Â
Karena dalam setiap retak yang ada,Â
Cahaya Tuhan masuk dan menyapa.Â
Luka mengajarkanku tentang rapuh,Â
Tapi juga tentang kuatnya tubuh.Â
Tentang bagaimana bangkit perlahan,Â
Dan menjahit jiwa yang hampir berantakan.Â
Di antara serpihan, kutemukan makna,Â
Bahwa hidup tak hanya tentang bahagia.Â
Ada keindahan dalam setiap duka,Â
Jika kita bersedia merawat cahaya.Â
Kini, cahaya itu mulai tumbuh,Â
Dalam hati yang dulu keruh.Â
Ia menerangi langkah yang samar,Â
Membimbingku menuju jalan yang benar.Â
Menerima luka, merawat cahaya,Â
Adalah proses menemukan cinta.Â
Cinta pada diri, pada perjalanan,Â
Pada Tuhan, Sang Pemilik Kehidupan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H