Keheningan jatuh perlahan di ruang tamu,
Mengisi celah antara detak jam dan bayang waktu.
Tak ada suara, hanya bisikan angin dari jendela,
Namun, di sana, ada ketenangan yang bicara.
Sofa diam, memeluk tubuh yang lelah,
Karpet lembut menyambut pijakan yang pasrah.
Lampu temaram, sinarnya tenang,
Menghapus bayang gundah yang menyerang.
Di ruang ini, kata-kata tak lagi perlu,
Hanya diam yang membawa rindu.
Rindu akan diri, yang sering tersesat,
Rindu akan damai, yang jarang mendekat.
Keheningan ini bukan kosong yang hampa,
Ia penuh, seperti laut tanpa ombak di senja.
Ia membawa kita ke tempat terdalam,
Menyentuh jiwa yang sunyi, namun tetap tenang.
Di ruang tamu, waktu melambat,
Menyisakan ruang bagi hati untuk mendekap.
Tak ada yang tergesa, tak ada yang memaksa,
Hanya keheningan, tempat jiwa bebas merdeka.
Sepotong keheningan, hadiah dari semesta,
Menyapa mereka yang mencari makna.
Di ruang tamu ini, aku temukan diri,
Dalam diam, aku akhirnya memahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H