ada bekas jemari di atasku sentuhan
hangat yang dulu membasuh waktu.
Tapi kini, jejak itu menghilang, tersapu debu, ditelan bayang-bayang.
Lembaranku dulu bersuara lantang diceritakan, didengar, dan dipegang.
Namun sekarang, aku sendiri meradang
menanti tangan yang hilang di malam panjang.
Di mana kau yang dulu mencariku?
Yang menulis mimpi dengan tinta biru.
Kini aku terbaring bisu
di sudut yang sepi, tanpa pelukanmu.
Aku ingin disentuh lagi dibaca, diingat, dijadikan saksi.
Namun waktu terus pergi dan jejak tanganmu memudar tak kembali.
Tangan yang Hilang Ada bekas jemari di atasku
sentuhan hangat yang dulu membasuh waktu.
Tapi kini, jejak itu menghilang
tersapu debu, ditelan bayang-bayang.
Lembaranku dulu bersuara lantang
diceritakan, didengar, dan dipegang.
Namun sekarang, aku sendiri meradang,
menanti tangan yang hilang di malam panjang.
Di mana kau yang dulu mencariku?
Yang menulis mimpi dengan tinta biru.
Kini aku terbaring bisu
di sudut yang sepi, tanpa pelukanmu.
Aku ingin disentuh
lagi dibaca, diingat, dijadikan saksi.
Namun waktu terus pergi
dan jejak tanganmu memudar tak kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H