di sudut rak yang sepi dan dingin, Â
aku menunggu, dengan rindu yang tak henti.Â
Halaman-halamanku, dulu penuh janji kini terbungkus debu, sepi tak terperi. Â Â
Kata-kata yang kutulis dengan harap tersusun rapi, tak pernah kau jemput. Â
Aku ingin dibaca, dipeluk, dirawat,Â
 namun waktu berlalu, kau tak pernah ikut. Â
 Adakah kau lupa akan janjimu?Â
 Menelusuri ceritaku, mendengar suaraku.Â
Â
Aku hanyalah buku, tapi hatiku pun pilu, Â
melihat cintaku karam dalam kelu. Â
 Tolong, buka kembali lembar-lembar ini
 bacalah aku sebelum usang abadi. Â
Karena aku adalah surat cinta yang sejati, Â
yang menunggumu, hingga akhir nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H