Ketika langit mendung mulai menangis,
Tetesan hujan jatuh perlahan,
Membawa namamu di setiap butirannya,
Mengalir lembut di antara jejak kenangan.
Hujan itu, seperti rindu yang tak pernah henti,
Mengisi bumi dengan cinta yang tak terbendung,
Setiap tetesnya mengingatkanku padamu,
Pada saat-saat kita berdua, meski kini hanya bayangan yang tersisa.
Dalam gemuruh petir dan angin yang menghempas,
Ada suara hatiku yang memanggil namamu,
Kau hadir dalam setiap tetesan yang jatuh,
Menyusup ke dalam tanah, menyatu dengan rinduku yang tak terukur.
Saat hujan turun, aku selalu tahu,
Bahwa rindu ini tak bisa disembunyikan,
Seperti air yang mencari jalan kembali ke bumi,
Namamu terus mengalir dalam pikiranku, tanpa henti.
Di bawah payung yang melindungiku dari basah,
Aku mendengar namamu dibisikkan oleh hujan,
Setiap tetesnya membawa pesan,
Bahwa kau selalu ada di sini, meski tak terlihat oleh mata.
Hujan ini adalah kamu,
Menghapus debu kesepian di hatiku,
Membawa kesejukan di tengah panasnya rindu,
Meski hanya sesaat, hadirmu terasa begitu nyata.
Saat hujan berakhir dan langit kembali cerah,
Aku tahu rindu ini belum usai,
Karena meski hujan berhenti,
Namamu tetap tinggal, menggenang dalam hati yang tak pernah letih merindu.