Di lembah sunyi, di bawah langit biru,
Tersimpan kisah masa lalu yang pilu,
Tanah kelahiran, engkau selalu menunggu,
Dalam setiap langkahku yang rindu.
Sawah hijau, hamparan luas membentang,
Tempat aku dulu berlari tanpa lelah,
Desa kecil, namun penuh kenangan,
Di hatiku, kau selalu megah.
Angin sepoi yang meniup lembut,
Menyampaikan pesan dari waktu lampau,
Di setiap sudut, di setiap sudut,
Terdengar tawa, tangis, dan bayang semu.
Riang kicau burung di pagi hari,
Mengiringi langkah kecilku dulu,
Kenangan manis yang tak akan lari,
Terpatri erat di dalam kalbu.
Di bawah pohon rindang tempat kita bercengkrama,
Dengan segenggam mimpi dan cerita lama,
Engkau adalah rumah, tempat jiwa bersandar,
Tanah kelahiran, cintaku takkan pudar.
Kini aku jauh, merantau ke negeri orang,
Namun hatiku tetap di sana, tempatku pulang,
Meski jarak memisah, waktu terus berlari,
Tanah kelahiran, engkau abadi dalam diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H