Di atas langit yang biru nan jernih,
Terdengar isak tangis yang tak terlihat.
Bukan dari mata yang berkaca-kaca,
Tetapi langitlah yang menangis diam-diam.
Embun-embun jatuh, merintih lembut,
Menyapa tanah dengan pelukan halus.
Langit menangis dengan gemetar,
Seakan merindukan kehangatan pelukan bumi.
Setitik air mata jatuh pelan,
Menyiratkan rasa kesepian yang mendalam.
Langit menangis, mencurahkan isi hatinya,
Menghadirkan kenangan yang menyentuh.
Bukan rintik hujan yang mengalir,
Melainkan getaran hati langit yang tersirat.
Setiap tetes air adalah lirik puisi,
Yang menceritakan cerita kelam yang terpendam.
Langit menangis untuk dunia yang berduka,
Mengiringi setiap langkah perpisahan.
Namun, air mata ini juga membawa harapan,
Akan datangnya pelangi setelah hujan reda.
Jadi, dengarkanlah isak tangis langit,
Tersembunyi di balik gemuruh petir.
Air mata yang jatuh di malam yang sunyi,
Merupakan pelukan langit untuk bumi yang merintih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H