Terjebak dalam peti musik lama yang berdebu,
Suara melodi jadul mengalun dalam hening.
Malam yang sunyi, kenangan pun berdesir,
Seolah-olah waktu terhenti dalam kamar gelap.
Di dalam peti musik, lagu-lagu tua berkumpul,
Cerita-cerita masa lalu yang terlupakan.
Kunci-kunci kenangan terpatri dalam not-not lembut,
Seakan-akan peti itu adalah pintu menuju surga kenangan.
Ketika jarum hitam menyentuh piringan hitam,
Detik-detik nostalgia memenuhi ruang kecil.
Dalam suara retak dan mendesis lembut,
Seolah-olah masa lalu sedang menari di depan mata.
Peti musik adalah mesin waktu yang ajaib,
Membawa kembali kenangan yang terpendam.
Lagu-lagu yang dulu menjadi saksi bisu,
Cerita cinta yang tersembunyi di antara dentingan nada.
Terjebak dalam peti musik lama adalah perjalanan,
Melayang melintasi tahun-tahun yang berlalu.
Di setiap melodi, ada tawa dan tangis yang tercipta,
Seakan-akan waktu menjalin kisah di tiap guliran nada.
Namun, peti musik juga adalah penjara,
Menahan kita dalam kerinduan yang tak berkesudahan.
Melodi yang terus bergema, menghantarkan kita,
Terjebak dalam kilas balik yang tak pernah berhenti.
Dalam gelapnya peti musik, kita merenung,
Mengenang dan merayakan kisah-kisah lama.
Meski terjebak, kita menemukan keindahan,
Di setiap suara dan cerita yang mengalir dalam hening.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H