Di jendela rumah yang memeluk senja,
Bunga-bunga berbisik dalam bahasa bunga.
Duduk megah di peraduan tanah yang lembut,
Cerita mereka pun dimulai dengan damai.
Bibit-bibit harapan tertanam dalam sunyi,
Mereka menantikan tarian mentari pertama.
Di embun pagi, kehidupan membelah tanah,
Menjadi kisah-kisah kecantikan yang suci.
Bulan-bulan berlalu, bunga-bunga tumbuh,
Dari rahim bumi, keanggunan merekah.
Kelopak mereka yang lembut, menjelma seni,
Berbicara dalam nuansa warna yang menggoda.
Jendela rumah menjadi panggung magis,
Bunga-bunga berdansa, mengundang embun.
Melambai lembut dalam embusan angin,
Cerita cinta terukir, dalam setiap petal yang kunjung tumbuh.
Hujan datang sebagai peluk kasih lembut,
Menyirami bunga-bunga di penjuru jendela.
Mereka menari-nari, bersama riang gembira,
Melodi rintik hujan menjadi irama yang lembut.
Musim berganti, dan bunga-bunga tetap setia,
Menatap dunia dari sudut jendela yang sama.
Mereka menjadi saksi, pelukis kisah damai,
Yang terukir dalam pohon-pohon dan angin yang berbisik.
Di setiap kelopaknya tersembunyi rahasia,
Cerita bunga-bunga di jendela pun terungkap.
Dalam keheningan dan cahaya senja yang redup,
Mereka berbagi keindahan, menyapa hati yang lapang.
Jendela rumah menjadi portal ke dunia bunga,
Bunga-bunga menari di rerumputan kaca.
Cerita yang tak pernah pudar, terus berkembang,
Seiring waktu berlalu, di setiap jendela rumah yang damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H