Di bawah payung langit yang berhias awan,
Gerimis turun, menari di ujung rambut dedaunan.
Setitik-setitik embun merayap,
Menyentuh bumi dengan lembutnya.
Suara gerimis bagai seruling lembut,
Melodi alam yang menghanyutkan hati.
Hening hutan disertai riuh rendah,
Gerimis membawa pesan ketenangan.
Tetesan air, seperti mutiara di rambut tanaman,
Merangkul daun dan bunga dengan penuh cinta.
Bumi ini bersyukur atas kehadiranmu,
Gerimis, penari rahasia di tengah malam.
Jalanan menjadi rata dengan jejak air,
Menyiratkan kisah perjalanan gerimis.
Di pelukan senja yang teduh,
Gerimis menari bersama bayang senja.
Langit kelabu memeluk gerimis dengan lembut,
Seakan-akan alam turut merasakan rindu.
Dalam detik-detik gerimis, kehidupan bertaut,
Menyatu dalam irama damai yang abadi.
Hingga akhirnya gerimis pun pergi,
Meninggalkan jejaknya di dedaunan.
Namun, kehadirannya tetap terukir,
Dalam kenangan hening yang membahana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H