Di alam khayal, di palet perasaan,
Ada pelukis cinta, menyulam mimpi-mimpi.
Dengan kuas hati, dia mencipta senja,
Menyelimuti dunia dalam warna kasih.
Langit di atasnya menjadi kanvas lembut,
Pelukis cinta menggenggam bintang-bintang.
Dengan sapuan halus, dia mencipta cahaya,
Mencerahkan malam dengan kehangatan damai.
Jejak kaki di pantai, serupa puisi pasir,
Pelukis cinta melukis kisah di tepi ombak.
Bertemu matahari terbenam, tercipta keajaiban,
Dalam palet senja, cinta menjadi lukisan indah.
Pohon-pohon tua di taman rindang,
Pelukis cinta merenda dedaunan dengan gemetar.
Tiap kilas mata menjadi adegan mesra,
Dalam taman hati, cinta berseri.
Bunga-bunga berkembang dalam taman diri,
Pelukis cinta menyusun potret kecantikan.
Di setiap kelopak, dia tetapkan kisah,
Mengukir puisi dalam aroma yang menyejukkan.
Di dalam jiwanya, lukisan tak terucap,
Pelukis cinta menorehkan rasa dalam setiap goresan.
Wajah yang tak tergambar di dunia nyata,
Ada dalam hati, dalam ruang tak terlihat.
Pelukis cinta, dalam senyap merenung,
Dia menangkap keindahan yang tak tampak mata.
Mencipta kisah asmara yang tiada terkira,
Dalam pelukan warna-warna yang tak terhingga.
Maka, di palet hati, dalam kisah yang terpapar,
Pelukis cinta melanjutkan karyanya.
Dalam goresan-goresan kasih yang tak lekang,
Dia menyemai cinta, mencipta lukisan abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H