Di suatu sudut kecil kota yang tenang, hiduplah seorang pemuda bernama Ali. Ia adalah seorang yang rendah hati, penuh kasih, dan tekun dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ali tinggal bersama ibunya yang telah lama menjadi janda, serta adiknya yang masih kecil, Aisyah.
Setiap hari, Ali bekerja sebagai buruh serabutan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Meskipun hidupnya sederhana, ia selalu mensyukuri setiap nikmat yang Tuhan berikan. Tidak ada keluh kesah yang pernah terucap dari bibirnya, bahkan di tengah kesulitan sekalipun.
Pada suatu malam, kota tempat Ali tinggal dilanda banjir besar yang menghancurkan sebagian rumah-rumah penduduk. Rumah Ali juga tak luput dari kehancuran. Keesokan harinya, ketika melihat reruntuhan rumahnya, ia hanya tersenyum lirih sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
"Jangan khawatir, Nak. Kita masih hidup dan bersama-sama. Itu sudah menjadi berkah bagi kita," kata Ali kepada ibunya yang terlihat bingung dan sedih melihat rumah mereka yang hancur.
Ali dan keluarganya pun mencoba untuk bangkit dari keterpurukan. Ia bekerja keras membantu tetangga membersihkan rumah mereka yang terdampak banjir. Kebaikan hati dan semangat juangnya menginspirasi banyak orang di sekitarnya.
Pada suatu hari, ketika Ali sedang beristirahat sejenak di bawah pohon, datanglah seorang tetangga, Pak Ahmad, yang juga terdampak banjir, menghampirinya. Pak Ahmad terkesan dengan kekuatan dan ketenangan hati Ali di tengah bencana.
"Pak Ali, aku kagum dengan kekuatanmu. Bagaimana kamu bisa tetap tegar di tengah-tengah semua ini?" tanya Pak Ahmad dengan tulus.
Ali tersenyum dan menjawab, "Saya hanya manusia biasa, Pak. Tapi saya percaya bahwa semua ujian ini memiliki hikmahnya. Ketika air mataku mengalir, itu adalah tanda bahwa hatiku tetap hidup dan bersyukur atas segala karunia Tuhan."
Pak Ahmad terdiam sejenak, kemudian berkata, "Kamu benar, Ali. Air mata surga mengalir dari mata orang-orang yang rendah hati dan bersyukur. Kamu adalah pribadi yang istimewa."
Setelah beberapa waktu, bantuan mulai mengalir dari berbagai pihak. Banyak orang tergerak hatinya oleh ketulusan Ali dan keluarganya. Mereka membantu membangun kembali rumah Ali yang baru, lebih baik dari sebelumnya.
Hari demi hari berlalu, Ali terus menjalani hidupnya dengan penuh rasa syukur dan cinta. Dia tidak pernah lupa untuk membantu sesama dan berbagi kasih sayang kepada mereka yang membutuhkan.
Kisah Ali dan "air mata surga" pun menjadi inspirasi bagi banyak orang di kota itu. Semangat juangnya dan sikap rendah hati mengajarkan kita semua tentang kekuatan dari bersyukur dengan apa yang kita punya, meskipun di tengah kesulitan sekalipun.
Sejak itu, tak seorang pun di kota itu akan melupakan sosok Ali, pemuda yang telah mengajarkan arti sejati dari "air mata surga." Ia adalah bukti bahwa kesederhanaan hati dan keberanian dalam menghadapi cobaan dapat membawa kebahagiaan dan ketenangan yang sejati, dan menjadi "air mata surga" bagi mereka yang melihatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H