Ada dua tradisi sunnah yang berlaku setiap selesai mengakhiri majelis ilmu ataupun kegiatan ibadah lainnya. Tradisi ini adalah membaca Qur'an Surah Al Ashr dan bacaan shalawat atas nabi.
Yang pertama, membaca Surat Al Asr merupakan salah satu anjuran sebelum meninggalkan suatu majelis. Surat ini bisa menjadi pengingat agar seseorang tidak termasuk ke dalam golongan yang merugi.
Para sahabat radhiallahu anhu terbiasa merutinkan surat Al-'Ashr (saat berpisah dari majelis). Amalan tersebut tentu ada petunjuk dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam.
Dari Abu Madinah Ad-Darimi, ia berkata, "Jika dua orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam itu bertemu, mereka tidaklah berpisah sampai salah satu di antara keduanya membaca 'wal 'ashr innal insana lafii khusr ...'. Lalu salah satu dari keduanya mengucapkan salam untuk lainnya." (HR. Abu Daud dalam Az-Zuhd)
Maka Allah ta'ala pun telah memuji para sahabat dalam QS Attaubah:100,
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. "
Yang kedua, membaca shalawat atas nabi sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam,
"Tidaklah suatu kaum duduk-duduk pada suatu majelis sedang mereka di dalamnya tidak berdzikir kepada Allah dan tidak pula bershalawat kepada Nabi mereka, kecuali penyesalan akan menimpa mereka. Jika Allah berkehendak menyiksa mereka, maka Dia akan menyiksanya; jika Dia berkehendak mengampuninya, maka Dia akan mengampuninya". [HR. Tirmidzi)
Berkata Imam Al Munawi rahimahullah, "Maka, dianjurkan untuk menyebut nama Allah dan bershalawat atas Rasul-Nya ketika hendak bangun dari majelis, dan kesimpulannya bahwa sunnah dalam berdzikir dan shalawat dengan lafaz mana pun, tetapi yang lebih sempurna adalah dzikir dengan: Maha Suci Engkau, Ya Allah dengan memujiMu, Aku bersaksi Tiada Ilah Kecuali Engkau, aku memohon ampunan--Mu, dan aku bertobat kepada--Mu. Sedangkan bacaan shalawat atas Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam adalah bacaan yang ada pada akhir tasyahud." (dalam Faidh Al Qadir)
Shalawat adalah dzikir yang utama dan diperintahkan Allah ta'ala sebagai bentuk salam dan penghormatan kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. .
"Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." [Al-Ahzaab: 56]
Dalam ayat di atas, Allah telah menyebutkan tentang kedudukan hamba dan Rasul-Nya Muhammad saw pada tempat yang tertinggi, bahwasanya Dia memujinya di hadapan para Malaikat yang terdekat, dan bahwa para Malaikat pun mendo'akan untuknya, lalu Allah memerintahkan segenap penghuni alam ini untuk mengucapkan shalawat dan salam atasnya, sehingga bersatulah pujian untuk beliau di alam yang tertinggi dengan alam terendah (bumi).
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam telah mengajarkan kepada kaum Muslimin tentang tatacara mengucapkan shalawat. Beliau juga menganjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat kepadanya pada hari Jum'at.
"Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum'at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum'at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti." (HR. Baihaqi)
Hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan sholawat, di antaranya:
"Apabila salah seorang di antara kamu membaca shalawat, hendaklah dimulai dengan mengagungkan Allah Azza wa Jalla dan memuji-Nya. Setelah itu, bacalah shalawat kepada Nabi. Dan setelah itu, barulah berdoa dengan doa yang dikehendaki." (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
"Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali." (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i).
"Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula'." (HR Ahmad).
"Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku." (HR Tirmidzi)
Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya orang yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Lalu, mintalah kepada Allah wasilah untukku karena wasilah adalah sebuat tempat di surga yang tidak akan dikaruniakan, melainkan kepada salah satu hamba Allah. Dan, aku berharap bahwa akulah hamba tersebut. Barang siapa memohon untukku wasilah, maka ia akan meraih syafaat." (HR Muslim).
Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh rahmat dan ampunan, juga bulan pembebasan dari api neraka. Namun, kesemua itu hanya bisa diraih bila kita benar dalam melakukan amal shalih. Dengan meneladani apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.
Ibnu Mas'ud dan Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata,"Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah saw. Karena sesungguhnya mereka adalah umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus." (HR. Ibnu 'Abdil Barr dalam Jami' Bayan Al'Ilmi)
Imam Ibnu Hajar menukil maqalah para ulama mengatakan, "Membaca shalawat merupakan bukti kecintaan kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam, dan cara untuk mengagungkan beliau.
Pada hakikatnya orang yang membaca shalawat adalah orang yang mendoakan dirinya sendiri karena selama kita mau bershalawat kepada Nabi, maka Allah akan membalas pahala shalawat kita.
Pada hakikatnya shalawat juga merupakan salah satu bentuk dzikir (mengingat) Kala kita mencintai sesuatu, maka kita akan banyak-banyak menyebutkannya."
Syaikh 'Abdul 'Aziz Al-Dabbagh memperkuat argumen ini, "Sebenarnya Allah tidak mensyari'atkan shalawat agar manfaatnya kembali kepada Nabi. Namun agar manfaatnya kembali kepada hamba itu sendiri.
Sebenarnya kitalah yang lebih membutuhkan shalawat daripada Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. . Kita membutuhkan shalawat sebagai wasilah (perantara) . Doa yang kita panjatkan belum akan terkabul dan masih tergantung di langit, sampai akhirnya kita menyisipkan shalawat dalam doa kita. Kemudian barulah doa tersebut diangkat ke langit
Semoga keselamatan senantiasa tercurah pada Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, dan semoga kita termasuk umat yang diperkenankan bersama beliau dalam jannah-Nya, aamiin
#Demak,07052021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H