Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Kunci Segala Kebaikan

1 Mei 2021   14:22 Diperbarui: 1 Mei 2021   14:39 4755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengannya pula syari'at -Nya disebarkan.

Ilmu adalah cahaya untuk melihat hakikat segala urusan. Hakikat melihat bukan dengan mata tetapi dengan hati. Inilah penglihatan yang tajam dan sangat bermanfaat.

"Dan orang-orang yang diberi ilmu melihat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS. Saba :34)

Dari Abu Darda radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

"Siapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan perjalankan (mudahkan) ia jalan menuju Surga. Sungguh para malaikat mengepakkan sayap-sayap mereka karena ridha dengan penuntut ilmu. Sungguh orang alim benar-benar dimintakan ampun oleh makhluk di langit dan di bumi hingga ikan di laut.

Keutamaan ahli ilmu dibanding ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas seluruh bintang. Para ahli ilmu adalah perawis para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham tetapi mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya berarti telah mengambil keuntungan yang besar." (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Imam Ahmad mengatakan, "Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu."

Dalam hadits yang lain dikabarkan,

"Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputus semua amalnya (tidak bisa lagi beramal) kecuali 3 orang, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan orang, atau anak shalih yang mendoakan yang mendoakannya." (HR. Muslim )

Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menjelaskan secara rinci ciri-ciri ilmu yang bermanfaat dan tidak bermanfaat.

"Ilmu yang bermanfaat adalah menambah rasa takutmu kepada Allah, menambah kebijaksanaanmu dengan aib-aib dirimu, menambah rasa makrifat dengan beribadah kepada Tuhanmu, serta meminimalisasi kecintaanmu terhadap dunia, dan menambah kecintaanmu kepada akhirat, membuka pandanganmu atas perbuatan jelekmu, hingga kaudapat menjaga diri dari hal itu, serta membebaskanmu dari tipu daya setan."

Rasulullah shalallahu "akaihi wasaalam
memberikan perumpamaan orang yang tidak menaruh perhatian pada ilmu agama, dengan kelalaiannya itu mereka menjadi orang yang merugi dan bangkrut.

"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya laksana hujan deras yang menimpa tanah.

Di antara tanah itu ada yang subur. Ia menerima air lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak.

Di antaranya juga ada tanah kering yang menyimpan air. Lalu Allah memberi manusia manfaat darinya sehingga mereka meminumnya, mengairi tanaman, dan berladang dengannya.

Hujan itu juga mengenai jenis (tanah yang) lain yaitu yang tandus, yang tidak menyimpan air, tidak pula menumbuhkan tanaman.

Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah, lalu ia mendapat manfaat dari apa yang Allah mengutus aku dengannya.

Juga perumpamaan atas orang yang tidak menaruh perhatian terhadapnya. Ia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus."

Ajaran Islam, adalah seumpama hujan yang dibutuhkan manusia. Kondisi manusia sebelum diutusnya Rasulullah saw seperti tanah yang kering, gersang dan tandus.

Kemudian kedatangan beliau saw membawa ilmu yang bermanfaat menghidupkan hati-hati yang mati sebagaimana hujan menghidupkan tanah-tanah yang mati.

Kemudian beliau mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama dengan berbagai tanah yang terkena air hujan, di antara mereka adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya.

Orang ini seperti tanah subur yang menyerap air se-hingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian tanah tersebut dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain.

Di antara mereka ada juga orang yang menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu namun dia tidak mengamalkannya, akan tetapi dia mengajarkannya untuk orang lain.

Maka, dia bagaikan tanah yang tergenangi air sehingga manusia dapat memanfaatkannya. Orang inilah yang disebut dalam sabda beliau,

"Allah memperindah seseorang yang mendengar perkataan-perkataanku dan dia mengajarkannya seperti yang dia dengar."

Di antara mereka ada juga yang mendengar ilmu namun tidak menghafal/menjaganya serta tidak menyampaikannya kepada orang lain, maka perumpamaannya seperti tanah yang berair atau tanah yang gersang yang tidak dapat menerima air sehingga merusak tanah yang ada di sekelilingnya.

Maka Allah swt berfirman,

"Dan katakanlah: "Wahai Rabb-ku tambahkanlah kepadaku ilmu" (QS Thaahaa: 114)

"Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama." (HR. Bukhari Muslim)

"...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah : 11).

Maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda,

Artinya, "Belajarlah dan mengajarlah kalian. Serta hormatilah guru-gurumu dan berlaku baiklah kepada setiap orang yang mengajarimu ilmu." (HR Tabrani)

"Mohonlah kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat"

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak mau tunduk (kepada-Mu), dari jiwa yan tidak pernah puas (dengan pemberian-Mu), dan dari do'a yang tidak dikabulkan"

Perlu kita ingat, Allah swt akan memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada seseorang sesuai dengan kesungguhan dan upaya maksimal orang tersebut dalam melakukan sebab-sebab untuk mencapai kebaikan dalam agama ini. Sebagaimana firman-Nya,

))

"Dan orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh (dalam menundukkan hawa nafsu) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami berikan hidayah kepada mereka (dalam menempuh) jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik" (QS. Al 'Ankabuut:69).

Yuk, sempurnakan ibadah dengan memahami ilmunya, in syaa Allah ramadhan makin berkah. man jadda wajada.

#Demak,01052021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun