Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Menjadi Generasi Sandwich (Bagian 2)

6 Desember 2020   17:09 Diperbarui: 6 Desember 2020   17:32 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya usia balita, anak-anak usia sekolah dan remaja pun tak jarang menimbulkan konflik antara generasi sandwich dengan orang tuanya. Masalahnya, cara mengasuhnya tak jarang berbeda. Kakek-nenek biasanya cenderung lebih memanjakan cucu mereka ketimbang ayah-bundanya. Al Bila ayah-bunda melarang, kakek-neneknya membolehkan. 

Bila ayah-bunda menghukum demi kebaikan si anak, kakek-neneknya menjadi pihak yang meringankan atau bahkan membebaskan cucunya yanpa sepengetahuan ayah-bundanya. Beberapa generasi sandwich merasa kehadiran orang tua (kakek-nenek) di rumah mereka hanya akan membuat anak-anaknya jadi susah diatur, sehingga mereka lebih memilih tinggal terpisah dengan orang tua.

3. Merasa saudara yang lain lebih mampu secara ekonomi untuk merawat orang tua mereka

Tak bisa dipungkiri, merawat orang tua juga membutuhkan biaya, apalagi bila mereka memiliki masalah kesehatan yang serius. Sementara itu, mengasuh dan membesarkan anak-anak pun sudah banyak menguras biaya. Kebutuhan makan-minumnya, pakaiannya, sekolahnya,belum kebutuhan lainnya. Bagi generasi sandwich yang bukan anak tunggal, terbuka peluang untuk berbagi kewajiban bersama saudara-saudaranya. Sebagian dari mereka menolak tugas ini karena merasa ada yang lebih mampu secara ekonomi ketimbang mereka. 

Adanya mindset seperti di atas, menjadi sebab bagi sebagian individu enggan memikul tugas sebagai generasi sandwich.  Sebagian bahkan menyerahkan orang tuanya ke panti jompo. Sebagian lagi pura-pura lupa bila masih punya orang tua dan memilih tinggal di kota yang berbeda. Bener-bener memutus hubungan dengan orang tua mereka. Tega nian....

Lalu bagaimana caranya agar bahagia menjadi generasi sandwich? Anda harus merubah mindset  seperti di atas dulu.

1. Mengingat perjuangan dan pengorbanan orang tua

Setiap orang tak pernah terlahir langsung menjadi tua. Dia pasti melewati masa menjadi seorang bayi, anak-anak, dan remaja sebelum beranjak dewasa serta menikah dan punya anak. Dan setiap orang tidak akan bisa melewati semua fase itu tanpa merepotkan orang tua. Bagaimana ibunya dulu mengandungnya dengan susah payah, menyusuinya, merawatnya ketika sakit. Bagaimana ayahnya dahulu bekerja keras siang dan malam untuk mencukupi kebutuhannya. Doa dan restu mereka yang mengiringi langkah-langkah kita hingga mencapai kesuksesan dan kemapanan. 

Kita tidak akan bisa menghitung perjuangan dan pengorbanan mereka, bahkan bila segala sesuatu yang kita miliki  pun tak akan memadai untuk membayarnya.

2. Berbesar hati atas perhatian dan kasih sayangnya pada anak-anak kita

Mengasuh dan membesarkan anak-anak sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi apabila ayah dan bundanya sama-sama bekerja. Kehadiran kakek dan nenek akan mengisi ruang-ruang dan waktu yang tidak bisa dipenuhi ayah-bunda. Memang, secara materi mungkin apa yang diberikan ayah-bunda bisa saja lebih dari cukup untuk anak-anak. Namun ingat, mereka punya mulut yang ingin didengar celotehannya, ceritanya, curhatannya. Mereka juga punya telinga yang ingin lebih banyak mendengar segala sesuatu yang ingin ditanyakan pada ayah-bundanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun