Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Madrasah Sepanyang Hayat

24 November 2020   16:21 Diperbarui: 24 November 2020   16:28 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti air yang menetes di atas batu secara terus menerus, maka batu pun menjadi berlubang. Ungkapan ini berlaku pula untuk Ibu dan Ayah. Sifat Ibu yang seperti air perlahan melunakkan Ayah. 

Hingga di tahun-tahun terakhir kehidupannya, Ayah tak lagi dikenal sebagai sosok keras, kasar dan kejam. Beliau telah berubah menjadi seorang kakek yang penyayang dan peduli. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi kami semua, meski dahulu  sempat menyesalkan terlahir menjadi darah dagingnya. Semua adalah karunia Allah yang merupakan buah kesabaran Ibu.

Ibu tak hanya sekolah pertamaku.  Ketika aku menikah, beliau tetap menjadi guru yang mengajariku tentang segala sesuatu tentang kerumahtanggaan. Saat anak-anaku lahir, beliau menjadi tempat belajar untuk menjadi ibu. Pun ketika aku memiliki menantu pun, beliau tempat belajar menjadi mertua dan nenek yang baik. Maka tak berlebihan bila aku memaknai kehadirannya sebagai madrasah sepanjang hayat. I love you, mom. 

Ibu dan Ayah adalah dua cahaya yang menuntunku dalam belajar hidup dan kehidupan. Belajar cara mereka berrumah tangga, cara mereka mengasuh anak, juga bergaul dan bermuamalah dengan orang lain. Dari beliau berdua pula, kami belajar berproses. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam berproses untuk menjadi baik. Jadi, jangan mudah menghakimi. Bila ada sebagian perilakunya yang tak kita sukai, tentu  ada sebagian perilakunya yang lain, yang baik untuk kita. Tak ada yang sempurna.

Mereka memang bukan orang-orang sempurna. Ada kebaikan, ada pula keburukan. Ada sisi positif, ada pula sisi negatif. Ambil yang baik, terapkan yang positif saja. Tandai yang buruk dan buang semua yang negatif, jangan terapkan. Fokuslah pada kebaikannya saja, maka engkau akan dimudahkan Allah untuk melihat hal-hal yang positif. Inilah warisan yang kuambil dari mereka. Dan akan kuwariskan pada anak  cucuku kelak. Mudahkanlah kami ya Robbi.

Robbighfirlana wali walidaina warhamhuma kama robbayana shighoro. Ya Robbi, ampunilah kami dan kedua orang tua kami. Sayangilah mereka sebagaimana mereka memelihara kami sejak kecil. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun