Dalam  pelaksanaan tugasnya sekretaris pers sering mengalami konflik dengan  petugas yang mendampingi pejabat. Misalnya pejabat dalam hal ini adalah  Menteri Hukum dan HAM. Konflik sering disebabkan karena mereka tidak  diberi pemberitahuan terlebih dahulu mengenai kegiatan pejabat terkait,  hingga terjadi missing information antara pers, media massa dan  pernyataan-pernyataan pejabat yang dikutip oleh wartawan.Â
Menurut Pasal  11 UU no.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik , Informasi  dan Kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang  terbuka untuk umum termasuk dalam bagian informasi yang wajib tersedia  setiap saat. Detail-detail seperti ini kadang kurang mendapat perhatian,  sementara Sekretaris Pers harus dapat mengelola informasi tersebut  termasuk konfirmasi kepada media.
Kesalahan dalam pernyataan  yang disampaikan pejabat atau kesalahan interpretasi yang disampaikan  wartawan dalam medianya juga menjadi tugas yang perlu 'dibereskan' oleh  sekretaris pers. Akibatnya kadang sekretaris pers dituduh berusaha  memanipulasi media melalui "pengelolaan berita" .
Peran  strategis ini perlu dikelola dengan baik. Manfaat yang dapat dirasakan  dari pengelolaan hubungan pers yang baik adalah meningkatkan partisipasi  publik secara positif terhadap kebijakan yang dijalankan instansi,  karakter pejabat hingga pencitraan. Solusi dalam pengelolaan pers yang  baik sesuai dengan budaya organisasi hingga pengelola tersebut dapat  bersinergi dengan timnya sekaligus memiliki knowledge sekaligus  kewenangan dalam pelaksanaan tugas mewujudkan pencitraan positif  organisasi. ***
Sources
*W. Dale Nelson, "Who Speaks for  the President?: The White House Press Secretary from Cleveland to  Clinton" (Syracuse, N.Y.: Syracuse University Press, 1998).
*Ron Nessen, It Sure Looks Different on the Inside (Chicago: Playboy Press, 1978).
*Jody Powell, The Other Side of the Story (New York: Morrow, 1984).
*Larry Speakes, Speaking Out: Inside the Reagan White House (New York: Scribners, 1988).
*George Stephanopoulos, "All Too Human: A Political Education" (Boston: Back Bay, 2000)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H