Mohon tunggu...
Fatma Ningrum
Fatma Ningrum Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

"Percaya bahwa tulisan adalah medium untuk menginspirasi, saya berharap tulisan-tulisan saya bisa menjadi ruang diskusi yang relevan dan bermakna. Mari saling belajar dan berbagi!"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nasiruddin Al-Tusi, Ibnu Rusyid dan Ibnu Taimiyyah : Filsafat Ekonomi Islam yang Relevan dengan Generasi Z

18 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 14 Desember 2024   21:30 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam era digital yang penuh tantangan seperti sekarang, generasi Z sering kali dihadapkan pada pertanyaan besar salah satunya bagaimana menciptakan sistem ekonomi yang berkeadilan di tengah ketimpangan global? Jawaban atas pertanyaan ini ternyata sudah lama dipikirkan oleh para intelektual Islam seperti Nasiruddin al-Tusi, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Taimiyyah. Ketiganya tidak hanya memberikan pandangan yang relevan untuk zamannya, tetapi juga menyimpan pelajaran berharga bagi kita yang hidup di abad ke-21.

Nasiruddin Al-Tusi: Pionir Kesejahteraan Sosial

Nasiruddin al-Tusi, seorang polymath abad ke-13, dikenal karena kontribusinya dalam berbagai bidang, mulai dari astronomi hingga filsafat. Namun, pemikirannya tentang ekonomi juga sangat menarik. Dalam karya-karyanya, al-Tusi menekankan pentingnya distribusi kekayaan untuk menciptakan keadilan sosial. Dia berargumen bahwa ketimpangan ekonomi dapat menjadi sumber konflik sosial. Konsep ini sangat relevan hari ini, ketika generasi Z menghadapi masalah besar seperti kesenjangan pendapatan dan akses yang tidak merata terhadap pendidikan dan kesehatan. Al-Tusi juga menekankan bahwa negara memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keadilan ekonomi melalui redistribusi kekayaan. Bagi generasi Z, pemikirannya bisa menjadi dasar untuk memahami pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam menciptakan kesejahteraan bersama.

Ibnu Rusyd: Etika dan Rasionalitas dalam Ekonomi

Ibnu Rusyd, atau Averroes, adalah seorang filsuf yang dikenal karena upayanya mengintegrasikan ajaran Aristoteles dengan nilai-nilai Islam. Dalam konteks ekonomi, ia berbicara tentang pentingnya keadilan distributif dan etika bisnis. Ibnu Rusyd menekankan bahwa transaksi ekonomi harus didasarkan pada prinsip keadilan, termasuk penetapan harga yang adil (tas'ir). Bagi generasi Z yang tumbuh di tengah maraknya bisnis berbasis teknologi dan e-commerce, pelajaran dari Ibnu Rusyd ini sangat relevan. Etika bisnis dan transparansi sangat penting untuk membangun kepercayaan konsumen. Selain itu, konsep keadilan distributif dapat diterapkan dalam model bisnis berkelanjutan, seperti koperasi digital atau startup yang fokus pada dampak sosial.

Ibnu Taimiyyah: Keseimbangan Pasar dan Intervensi Negara

Ibnu Taimiyyah hidup pada masa yang penuh gejolak akibat invasi Mongol, yang mempengaruhi stabilitas ekonomi dunia Islam. Pemikirannya menyoroti keseimbangan antara mekanisme pasar bebas dan intervensi negara. Ia percaya bahwa pasar seharusnya berjalan secara alami, tetapi pemerintah harus turun tangan ketika terjadi monopoli atau eksploitasi.

Bagi generasi Z, terutama yang tertarik pada ekonomi digital, gagasan Ibnu Taimiyyah ini bisa diaplikasikan pada fenomena modern seperti monopoli platform teknologi besar (Big Tech). Kebijakan antimonopoli dan regulasi pemerintah menjadi penting untuk memastikan keadilan di pasar digital.

Mengapa Pemikiran Mereka Relevan untuk Generasi Z?

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang peduli dengan isu-isu keberlanjutan, keadilan sosial, dan inovasi teknologi. Pemikiran Nasiruddin al-Tusi, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Taimiyyah menawarkan landasan filosofis yang kuat untuk menghadapi tantangan ini. Mereka mengajarkan bahwa ekonomi bukan hanya tentang angka dan laba, tetapi juga tentang nilai-nilai moral, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Sebagai generasi yang akan mewarisi masa depan, generasi Z dapat mengambil inspirasi dari para pemikir ini untuk membangun sistem ekonomi yang tidak hanya efektif, tetapi juga manusiawi. Entah melalui startup berbasis dampak sosial, kebijakan ekonomi berkelanjutan, atau advokasi keadilan ekonomi, pelajaran dari filsafat ekonomi Islam tetap relevan untuk diterapkan.

Merangkai Masa Depan dengan Hikmah Masa Lalu dimana Nasiruddin al-Tusi, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Taimiyyah telah memberikan kita panduan yang sangat berharga untuk memahami bagaimana ekonomi dapat menjadi alat untuk menciptakan keadilan sosial. Generasi Z, dengan segala potensinya, memiliki kesempatan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai ini dalam konteks modern. Dengan memahami sejarah dan menerapkan prinsip-prinsip mereka, kita bisa merancang masa depan yang lebih adil, beretika, dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun