Ini dimulai dari cerita adik saya, yang masih duduk di kelas 12 SMA. Ia mengatakan bahwa dia dan beberapa teman sekelasnya berencana untuk mengikuti lomba literasi online. Namun ada 1 atau 2 orang teman yang membuat puisi melalui bantuin AI.
Ini lomba lho! Pikir saya. Kenapa mereka bisa-bisanya terpikir untuk mengikutkan puisi yang dibuat robot untuk lomba?
Reaksi saya itu ditanggapi adik saya dengan santai. "Biasa itu mah. Banyak yang menang lomba karya tulis gara-gara AI kok."
Shock bukan kepalang saya. Karena penasaran, akhirnya saya menantang chatgpt untuk menulis sebuah puisi berjudul Ibu. Hasilnya sangat mengejutkan. Saya menyalinnya disini tanpa mengubah kata-katanya sedikitpun.
Ibu
by Chatgpt
Ibu adalah mentari yang tak pernah padam,
Sinarnya hangat, tak pernah kelam,
Mengusir gelap, menghapus dendam,
Membawa cinta dalam setiap salam.
Ibu adalah hujan yang turun lembut,
Membasahi hati, menyejukkan kalut,
Menyirami jiwa yang kering dan surut,
Menghidupkan asa, menghapuskan surut.
Ibu adalah angin yang berbisik sayang,
Membelai jiwa, menenangkan perang,
Dalam peluknya, semua rasa hilang,
Menyulam harapan, hidup jadi terang.
Ibu adalah bintang di langit malam,
Menuntun langkah dalam tiap salam,
Walau jauh, sinarnya tetap mendalam,
Mengiring hidup dalam damai yang tentram.
Dengan langkahnya, bumi pun bicara,
Setiap detik penuh cinta yang membara,
Ibu adalah puisi dalam jiwa yang menganga,
Abadi selamanya, di hati tak pernah sirna.
Saya benar-benar tidak pernah sekalipun, tidak sama sekali terpikirkan meminta AI untuk menulis karya seni. Bagaimana menurut anda puisi diatas?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI