Kenapa ya banyak selebriti yang sakit secara mental?
Apakah kamu penasaran mengapa banyak selebriti dan orang kaya merasa depresi? Sama saya juga. Kali ini saya akan membagikan opini saya.
Terlalu dini jika kita menjudge para selebriti kurang bersyukur. Terlalu dini juga jika kita menyebut orang kaya telah mendapatkan semua yang banyak orang inginkan. Popularitas, kekayaan, kenyamanan bahkan kebebasan. Berada di puncak dan mendapatkan segala hal memang memuaskan. Tapi rasa puas itu sendiri apakah selalu mengantarkan pada kebahagiaan?
Saat kita diberi 1 cokelat, melihat orang lain punya 2 cokelat, kok rasanya 1 masih kurang ya? Kok 1 rasanya terlalu sedikit ya? Saat sudah punya 2 cokelat, ada yang punya 3 cokelat. Lalu saat kita sudah punya 10 cokelat lalu melihat ada orang yang juga punya 10 cokelat. Rupanya jumlah jadi tak penting. Kamu lihat cokelat orang lain lebih manis, punya kamu rasanya agak pahit. Lalu kamu ingin cokelat yang lebih manis lagi. Kali ini kamu ingin cokelat yang bukan hanya "banyak" dan "manis". Iri? Kurang bersyukur? Belum. Ini masih belum tentang 'Rasa bersyukur'.
Saya pernah mendengar kutipan IU, seorang penyanyi Korea Selatan mengatakan, saat ia ditanya menurutnya bahagia itu yang bagaimana menurut versinya. Lalu ia menjawab,
"Bahagia adalah jika tidak ada yang membuat marah, sedih atau kesal. Meskipun tidak ada yang membuatku tersenyum dan tertawa, tetapi aku merasa semuanya berjalan sewajarnya dan tidak ada emosi tertentu yang menguasaiku. Entah itu terlalu banyak tersenyum atau menangis."
Sampai sini apakah kamu sudah menangkap maksudnya?
Pertama, tadi kamu ingin cokelat yang "banyak", kemudian setelah mendapatkannya, kamu ganti ingin cokelat yang "manis", kalau sudah dapat yang manis, ganti lagi yang "A" lalu "B" Lalu "C".
Ternyata masalahnya adalah, ada pada "VALUE". Begini rumusnya:
"Harga kebahagiaan seseorang akan semakin mahal seiring terlengkapi semua hal yang telah dimilikinya."
Meskipun kadang-kadang pemicunya berkaitan dengan rasa iri, namun nilai dari kebahagiaan sendiri menjadi mudah tergeser karena telah memiliki segalanya. "Semakin sulit barang dicari, akan semakin mahal." Karena itu orang kaya kadang memiliki hobi yang aneh dan cenderung mahal. Dimana orang miskin bertanya-tanya kenapa itu orang buang-buang duit untuk hal yang nggak terlalu bermanfaat?
Karena satu jawabannya, karena harga dari kebahagiaan mereka semakin mahal, nilai kebahagiaan mereka semakin sering berubah. Beli Porsche, duit kok masih banyak? Beli helikopter, duit kok masih banyak? Ah gak seru. Kerja ecek-ecek dibayar ratusan juta. Kayak udah gak ada harganya, karena kerjanya gampang. Beda kalau dapat duitnya susah payah, value dari duitnya semakin tinggi. Disini value bukan lagi materi atau jumlah, tetapi rasa puas.
Mereka semakin lelah mengejar apa yang sebenarnya membuat mereka bahagia. Sampai pada fase dimana mereka stuck dan gak tau apalagi yang mau dilakuin karena semua hal di dunia ini sudah dicobanya. Mulai dari baju bagus, makanan enak dan wisata mahal, semua sudah dicoba. Mereka merasa lost mind dan hilang kendali atas emosi dan egonya sendiri. Terus-terusan merasa minus dalam hal kebahagiaan. Ingin tantangan yang lebih menguji nyali dan membuat lebih hidup. Mereka berani membayar berapapun untuk nilai kebahagiaan yang dapat memenuhi rasa puas.
Dan dari kata-kata mbak IU, kita jadi tahu, bahwa bahagia pengukurannya bukan dari materi atau situasi. Tapi datang dari diri sendiri. Dulunya saya gak percaya pada kalimat "bahagia itu pilihan". Ternyata memang benar, bahagia adalah tentang jiwa yang tenang. Dan jiwa yang tenang ini bisa kita capai dengan banyak cara, ya salah satunya dengan bersyukur tadi. Jadi jangan asal bicara "kurang bersyukur lu!" Hush! Bodoh itu!
Bersyukur memang salah satu cara bahagia, tapi bukan satu-satunya, ingat! Bukan satu-satunya!
Saya nonton anime, saya bahagia. Saya beli hp baru, saya bahagia! Saya dapat pacar baru, saya bahagia. Mudahnya manusia akan bahagia jika kepuasan dalam hatinya tercapai. Dan rasa puas itu dicapai dengan cara yang berbeda-beda tiap masing-masing individu. Saya juga bakal puas dan bahagia banget kok, kalau bisa ke konsernya ONE OK ROCK meskipun cuma sekali seumur hidup, haha.
Nonton konser yang mahal dari band favorit, kalau bisa tercapai, value-nya jadi tinggi banget, karena saya bukan orang kaya. Tapi kalau nonton konser mahal bagi orang kaya, valuenya mungkin tidak sebesar milik saya. Bagi mereka biasa-biasa saja soalnya bisa kapan aja pergi karena duitnya banyak.
Orang miskin+nonton konser = 100% (tingkat kebahagiaan)
Orang kaya+nonton konser = 60% (tingkat kebahagiaan) possibility
Semakin kamu memiliki segalanya, harga kebahagiaanmu juga akan semakin mahal dan susah dicari. Jadi jangan heran kalau orang kaya punya hobi yang aneh. Tapi ini jangan disamaratakan dengan semua orang. Artis, selebriti, orang kaya, semuanya punya pola pikir dan penderitaan yang tidak bisa dipahami orang lain.
Menurut hemat saya, artis sakit mental, pakai narkoba, prostitusi dan yang lain-lain dikarenakan faktor internal dan eksternal. Jadi ada lebih dari satu faktor mengapa orang-orang seperti mereka yang notabenenya finansial lancar tidak bahagia. Toh kebahagiaan bukan hanya diukur dari harta semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H